Sandiaga Uno Ungkap Biaya yang Dibutuhkan untuk Membuat Kereta Gantung di Puncak

Dari sisi investasi pembangunan kereta gantung di Puncak membutuhkan biaya terkecil dibandingkan pembangunan sarana transportasi umum, non jalan lainnya.

oleh Henry diperbarui 15 Mar 2022, 03:02 WIB
Petugas gabungan mengarahkan kendaraan di pos pemerikasan Ganjil Genap kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/12/2021). Di masa libur Natal dan tahun baru 2022, Pemkab dan Polres Bogor berencana melakukan sistem ganjil genap guna meminimalisir pergerakan orang. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor selalu dihantui kemacetan dan sampai saat ini belum juga terselesaikan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sempat mengusulkan agar dibangun kereta gantung sebagai cara mengatasi masalah 'abadi' itu.

Ada berbagai usaha yang dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) seperti mendekati berbagai pihak. Salah satu yang didekatinya adalah Arab Saudi.

Sandiaga menyampaikan rencana tersebut saat mengajak Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Syekh Essam bin Abed Al-Thafaqi, menikmati keindahan kawasan Puncak, Bogor, di Villa Riung Gunung, pada Selasa, 8 Maret 2022.  Sandiaga mengajak pemerintah Arab Saudi untuk berinvestasimengembangkan destinasi ekowisata di Bogor.

"Investasi tersebut termasuk transportasi yang ramah lingkungan seperti kereta gantung atau cable car, yang akan menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kemacetan di kawasan Puncak, Bogor yang kerap terjadi pada akhir pekan dan hari libur," terang Sandiaga dalam Weekly Press Briefing di Jakarta, Senin, 14 Maret 2022.

Menurut Sandiaga, tawaran itu disambut baik Duta Besar Arab Saudi. Ia menilai jika kesepakatan investasi terwujud, akan sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Pasalnya, banyak wisatawan asal Timur Tengah yang memilih kawasan Puncak sebagai destinasi wisata favorit.

Pria yang biasa disapa Sandi ini menambahkan, Badan Perencananaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Bogor bersama BPTJ (BadanPengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dengan Dinas Perhubungan pernah melakukan diskusi mengenai pembangunan kereta gantung pada 2020 lalu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Lebih Realistis

Menparekraf Sandiaga Uno dan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Syekh Essam bin Abed Al-Thafaqi. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Saat itu diusulkan agar pembangunan kereta gantung atau cable car melintasi jalur Puncak sepanjang 18 km dimulai dari Gadog, Taman Wisata Matahari, Megamendung, Taman Safari, Gunung Mas, dan Puncak Pass. Lalu ada stasiun cable car yang terhubung dengan kawasan-kawasan wisata di Puncak.

Dalam diskusi yang pernah dilakukan tersebut diestimasikan pembangunan kereta gantung atau cable car membutuhkan dana investasi sebesar Rp756 miliar atau rata-rata Rp 42 miliar per kilometer.  Ide ini dinilai lebih realistis dibandingkan dengan opsi lain dalam mengatasi kemacetan yang selama ini terjadi di kawasan Puncak.


Tingkat Emisi

Menparekraf Sandiaga Uno di Weekly Press Briefing, 14 Maret 2022. (Liputan6.com/Henry)

Alasannya, dibandingkan angkutan umum lain, cable car punya beberapa kelebihan di antaranya mereduksi waktu perjalanan secara signifikan karena tidak menggunakan infrastruktur jalan. Dari sisi investasi pembangunan kereta gantung membutuhkan biaya terkecil dibandingkan pembangunan sarana transportasi umum, non jalan lainnya.

Selain itu, tingkat emisi atau polusi terendah dibandingkan moda angkutan umum massal lainnya dan banyak lagi manfaatnya. Sebelumnya, Sandi pernah mengatakan bahwa Puncak merupakan destinasi favorit karena udaranya yang segar dan biayanya yang terjangkau, namun jalannya sangat sempit. 


Berhenti di Bahu Jalan

Seorang lelaki tewas karena terjatuh dari sebuah kereta gantung (dok.unsplash)

Ia pernah membuat konten tentan kemacetan yang berjam-jam tak bergerak di sana. Penyebabnya kendaraan mogok, sepeda motor yang berhenti di bahu jalan.

Selain itu, ada juga pengendara yang mengabaikan pola rekayasa lalulintas yang sudah diatur sehingga terjadi 'adu banteng'.  "Saya sudah berkoordinasi dan menginstruksikan kepada semua jajaran bahwa Polri sudah punya pola rekayasa laluintasnya agar dipatuhi. Kemacetan ini jadi bahan evaluasi karena bisa mencoreng pariwisata kita," tutur Sandi.

Sandi mengimbau kepada wisatawan bahwa sebelum berlibur lebih dulu harus mempersiapkan kendaraan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi mogok di tengah jalan yang bisa mengakibatkan kemacetan.


25 Titik Pemeriksaan Sertifikat Vaksin Covid-19 di Puncak Selama Nataru

Infografis 25 Titik Pemeriksaan Sertifikat Vaksin Covid-19 di Puncak Selama Nataru (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya