Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,2 triliun. Raihan laba bersih meningkat secara signifikan sebesar 71 persen dibandingkan pada periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 722 miliar.
"Dengan pencapaian saat ini, kami yakin dapat menjadi waralaba deposito dan wealth terkemuka, mitra ekosistem pilihan bagi pelaku bisnis dan teknologi, serta pemimpin dalam layanan digital-first perbankan di Indonesia di tahun mendatang," ujar Direktur Utama Bank Permata, Chalit Tayjasanant dalam keterangan resmi, Selasa (15/3/2022).
Dukungan berkesinambungan dari pemegang saham pengendali, Bangkok Bank PC menghantarkan Bank Permata memperkuat posisi sebagai salah satu dari 10 bank komersial terbesar di Indonesia berdasarkan nilai total aset.
Baca Juga
Advertisement
PermataBank mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 18,5 persen Year-on-Year (YoY) menjadi Rp 234 triliun. Penyaluran kredit tumbuh 6,2 persen YoY menjadi sebesar Rp 125,5 triliun. Terutama didorong oleh pertumbuhan kredit Korporasi sebesar 12 persen YoY dan pertumbuhan KPR sebesar 22 persen YoY.
Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah bertumbuh sebesar 24 persen YoY. Terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan tabungan dan giro sebesar 30 persen. Sejalan dengan itu, rasio CASA Bank mengalami peningkatan menjadi 54 persen, lebih tinggi dibandingkan posisi Desember 2020 sebesar 51 persen.
Bank membukukan pendapatan operasional sebesar Rp 10,1 triliun atau tumbuh 11 persen YoY. Sehingga laba operasional sebelum pencadangan tumbuh sebesar 24 persen YoY menjadi Rp 4,7 triliun. Pertumbuhan pendapatan operasional dikontribusikan oleh pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 17 persen sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit di tahun 2021.
"Hal ini juga mencerminkan pengelolaan dana, baik simpanan nasabah maupun dana setoran modal dari pemegang saham, dapat dikelola secara optimal,” kata Chalit.
Bank tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan, mengingat dampak pandemi yang masih terus berlanjut dan secara tidak langsung telah menyebabkan peningkatan risiko kredit inheren.
Hal ini tercermin dalam peningkatan rasio NPL gross pada Desember 2021 menjadi 3,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,9 persen.
Namun demikian, rasio NPL net terjaga lebih baik menjadi 0,7 persen dibandingkan dengan 1 persen di 2020. Hal ini sejalan dengan kebijakan Bank untuk membukukan pencadangan kerugian kredit secara prudent dalam mengantisipasi potensi kerugian kredit.
Rasio NPL coverage Bank dipertahankan secara mencukupi di kisaran 227 persen. Rasio permodalan Bank adalah salah satu yang terkuat di antara 10 besar Bank Komersial, dengan rasio CAR dan CET-1 sebesar masing-masing 35 persen dan 27 persen.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham BNLI
Pada penutupan perdagangan Selasa, 15 Maret 2022, saham BNLI naik 0,38 persen ke posisi Rp 1.330 per saham. Saham BNLI dibuka stagnan Rp 1.325 per saham.
Saham BNLI berada di level tertinggi Rp 1.360 dan terendah Rp 1.325 per saham. Total frekuensi perdagangan 173 kali dengan volume perdagangan 1.395. Nilai transaksi Rp 186,3 juta.
Advertisement