Jurus Wika Gedung Mitigasi Dampak Kenaikan Harga komoditas

Direktur Utama Wika Gedung, Nariman Prasetyo mengatakan perseroan telah memiliki sejumlah strategi untuk memitigasi dampak dari kenaikan harga komoditas.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Mar 2022, 12:31 WIB
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga komoditas masih dalam tren naik. Kondisi ini menjadi potensi bagi perusahaan sektor komoditas. Namun, pada saat bersamaan terdapat sektor yang berpotensi mencatatkan peningkatan beban operasional akibat naiknya harga komoditas Yakni sektor yang menggunakan komoditas sebagai bahan baku, seperti industri semen.

Dengan demikian, maka juga akan berpengaruh pada sektor konstruksi dan karya, seperti PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk atau Wika Gedung (WEGE).

Meski begitu, Direktur Utama Wika Gedung, Nariman Prasetyo mengatakan perseroan telah memiliki sejumlah strategi untuk memitigasi dampak dari kenaikan harga komoditas.

"Strategi yang sudah reguler kami kerjakan, komoditas utama di building construction ini kita sudah punya kontrak payung. Sehingga kontrak dalam jangka tertentu terutama untuk satu tahun agende RKAP. Misalnya untuk besi beton dan pengerjaan betonnya," kata Nariman dalam MNC Group Investor Forum 2022, Rabu (16/3/2022).

Selain itu, beberapa strategi lain dari sisi keuangan yakni perseroan  menggunakan sistem pembayaran bisa SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) atau SCF (Supply Chain Financing) yang disepakati bersama dengan pihak ketiga.

Menurut Nariman, hal ini dimaksudkan untuk mengunci tingkat kepastian harga-harga yang akan berjalan.

"Masuk semester II semua perhitungan akan kita reviu dengan impact atau proyeksi yang akan terjadi eskalasi dengan harga-harga dasar. Sehingga HPP kita juga harus disesuaikan dengan memitigasi berapa harga yang kita proyeksikan akan terjadi khususnya di agenda kerja di 2022,” imbuhnya.

 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Target Kontrak Baru pada 2022

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Wika Gedung menargetkan perolehan kontrak baru Rp 7,1 triliun pada 2022. Adapun target tersebut didominasi oleh proyek pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sebelumnya, Nariman menuturkan, besaran target tersebut merupakan estimasi paling minimum. Ia mengatakan, ada potensi proyek lain yang bisa diraih perseroan tahun ini tetapi memang tak dimasukkan sebagai target. Salah satunya proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

"Kami belum memasukkan itu. Jadi Rp 7,1 triliun di luar rencana IKN. Tapi kalau jadi dilaksanakan kami harus sudah siap semuanya,” kata Nariman.


Gerak Saham WEGE

Layar sekuritas menunjukkan data-data saat kompetisi Trading Challenge 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/12). Kompetisi Trading Challenge 2017 ini sebagai sarana untuk menciptakan investor pasar modal berkualitas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan sesi pertama, saham WEGE turun tipis 0,55 persen di posisi Rp 180 per saham. Saham WEGE dibuka stagnan Rp 181 per saham.

Saham WEGE berada di level tertinggi Rp 184 dan terendah Rp 178 per saham. Total frekuensi perdagangan 622 kali dengan volume perdagangan 69.619. Nilai transaksi Rp 1,3 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya