Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak jatuh pada perdagangan Rabu setelah sebelumnya sempat mengalami sesi perdagangan yang sangat bergejolak. Penurunan harga minyak ini terjadi di tengah pembicaraan yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina.
Selain itu, harga minyak anjlok juga terjadi karena adanya peningkatan persediaan di AS. Peningkatan persediaan ini di luar perkiraan.
Harga minyak seperti roller-coaster selama lebih dari dua minggu ini. Harga minyak diperdagangkan dalam kisaran luas yaitu lebih dari USD 1 dalam sehari.
Mengutip CNBC, Kamis (17/3/2022), harga minyak mentah Brent telah berayun antara USD 97,55 dan USD 103,70 dan akhirnya turun 2,35 persen menjadi USD 97,56 per barel pada pukul 14.40. Sedangkan jarga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,45 persen dan menetap di USD 95,04 per barel.
Reli harga minyak terjadi sejak minggu lalu mendorong Brent secara singkat melewati USD 139 per barel di tengah kekhawatiran tentang gangguan yang berkepanjangan pada pasokan Rusia. Sekarang, serangkaian penjualan telah mendorong harga jauh lebih rendah, tetapi beberapa analis telah memperingatkan bahwa ini mencerminkan terlalu banyak optimisme bahwa perang akan segera berakhir.
“Kami hidup dari headline ke headline di sini,” kata analis Mizuho, Robert Yawger.
Amerika Serikat dan negara lain telah menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia sejak menginvasi Ukraina lebih dari dua minggu lalu. Ini mengganggu perdagangan minyak Rusia lebih dari 4 hingga 5 juta barel minyak mentah setiap hari.
Harga minyak Brent reli 28 persen dalam enam hari dan kemudian penurunan 24 persen selama enam sesi berikutnya terhitung Rabu. Sejumlah faktor mendorong perubahan haluan, termasuk harapan dari perjanjian damai Rusia-Ukraina.
Selain itu juga adanya sinyal kemajuan yang samar antara Amerika Serikat dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 yang akan memungkinkan Iran untuk mengekspor minyak jika setuju untuk membatasi nuklirnya.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
China dan AS
Selain itu, permintaan China diperkirakan akan melambat karena lonjakan kasus virus corona di sana. Meskipun angka menunjukkan lebih sedikit kasus.
Tiga juta barel per hari minyak dan produk Rusia mungkin tidak akan bisa tersalurkan pada April. Menurut Badan Energi Internasional, hal ini terjadi karena sanksi yang diberlakukan pada negara tersebut.
“Kerugian ini bisa semakin dalam jika larangan atau kecaman publik dipercepat,” tulis Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris dalam sebuah laporan.
Persediaan AS naik 4,3 juta barel, terhadap ekspektasi kerugian, sementara stok di hub Cushing, Oklahoma, naik juga, mengurangi sedikit kekhawatiran tentang rendahnya tingkat persediaan di sana.
Advertisement