Liputan6.com, Gorontalo - Sejumlah penjual makanan di Gorontalo hingga kini masih mengeluhkan soal kelangkaan hingga mahalnya harganya minyak goreng. Menurut mereka, kondisi ini sangat berdampak pada hasil penjualan.
Tidak hanya berdampak pada hasil penjualan, mereka harus menaikkan harga makanan yang mereka jual. Hanya itulah satu-satunya cara menyiasati sulitnya mendapatkan minyak goreng satu harga dari pemerintah.
Baca Juga
Advertisement
"Cara kami tinggal menaikkan harga, meskipun hanya naik 500 rupiah, tapi bagi kami sudah cukup," kata Fatma salah satu pedagang gorengan.
Menurutnya, sebelum terjadi kelangkaan minyak goreng, gorengan dijual dengan harga Rp1.000 per biji. Namun setelah terjadi kelangkaan, harga gorengan terpaksa dinaikkan menjadi Rp1.500 per biji.
"Hanya ini yang kami dapat lakukan, kalau kami jual seperti harga sebelumnya maka kami rugi. Sebab, hanya bisa pulang modal," tuturnya.
Ia mengaku, jika kenaikan harga jualannya berdampak pada pelanggan. Akhir-akhir ini, pelanggan yang datang berkurang semenjak harga dinaikkan.
"Memang saya pakai minyak goreng kemasan. Dengan begitu kualitas rasa makanan juga bagus, apa salahnya menaikkan harga," ungkapnya.
"Hanya saja, saat harga dinaikkan, pelanggan lagi yang berkurang. Saya bingung mau berbuat apa," ungkapnya.
Sementara itu, salah satu penjual nasi goreng di wilayah Kota Gorontalo mengaku, jika masalah kelangkaan minyak goreng juga dirasakan oleh mereka.
"Memang menyusahkan, saya harus turun pagi menyusuri pasar dan minimarket demi mendapatkan minyak goreng," kata Margareta.
Selain itu, kata Margareta, dirinya tidak menaikkan harga jualan nasi gorengnya. Hanya saja, dirinya kini beralih ke minyak goreng curah.
"Memang pakai minyak goreng kemasan bagus, tapi apa daya, sulit untuk didapatkan," katanya.
"Harga jualan tetap sama, hanya saja saya pakai minyak curah yang kemungkinan besar berpengaruh pada kualitas rasa," ia menandaskan.
Dengan kondisi ini, mereka hanya bisa berharap mudah-mudahan krisis minyak goreng ini tidak berlarut-larut.