Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir tak ingin anak-cucu perusahaan pelat merah hanya menyedot keuntungan induk perusahaan. Artinya, keputusan pembubaran BUMNyang mati suri atau tak menguntungkan jadi salah satu opsi yang bisa diambil.
Erick Thohir telah melakukan pembubaran kepada tiga perusahaan yang sudah berhenti beroperasi sejak lama. Diantaranya, PT Kertas Kraft Aceh, PT Industri Sandang Nusantara, dan PT Industri Gelas atau Iglas.
“kita tidak mau pembentukan anak cucu ini hanya mengurangi daripada profit BUMN sebagai turunan perusahaan sebagai yang menyedot keuntungan,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/3/2022).
Bukan tanpa alasan, Menteri Erick menginginkan perusahaan pelat merah yang sehat dalam keuangan dan operasionalnya. Sehingga diharapkan mampu memberikan nilai tambah pendapatan kepada negara.
“Padahal kami ingin mendorong sebanyak-banyaknya pendapatan untuk diberikan kepada negara supaya negara bisa mempunyai program yang bisa mendukung masyarakat pada situasi pangan energi ataupun ketidakpastian rantai pasok yang saat ini dialami di seluruh dunia,” tuturnya.
Dengan demikian, keputusan untuk melakukan pembubaran atau penggabungan perusahaan jadi opsi yang tepat diambil dalam mengejar cita-cita tersebut.
“Karena tidak mungkin pemerintah mendapatkan pemasukan berdasarkan pajak saja, nah kami terus mendorong ini (optimalisasi perusahaan),” katanya.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Berhenti di Tiga Perusahaan
Pada kesempatan itu, Menteri Erick menegaskan pembubaran perusahaan tak hanya berhenti pada tiga perusahaan ini saja. Pihaknya masih terus mengkaji dan melakukan peninjauan atau review kepada perusahaan lainya.
Utamanya, pada empat perusahaan sisanya yang masuk dalam radar Erick untuk dibubarkan dalam waktu dekat. Sementara, Erick belum menyinggung kapan pembubaran PT PLN Batu Bara akan dilakukan.
“Dan kita juga sedang mereview perusahaan lain, yang ada di (bawah kendali) Danareksa dan PPA (Perusahaan Pengelola Aset), dari tujuh, ini sekarang sudah tiga, masih ada 4 lagi, tetapi apakah terbatas ini? Tidak,” katanya.
“Tadi kita sampaikan, kita juga sudah menutup anak cucu perusahaan BUMN yang jumlahnya 800 itu terus kita dorong, mungkin sudah ada 51 (ditutup),” imbuhnya.
Advertisement