Liputan6.com, Jakarta Keluhan terkait nyeri otot seolah begitu mudah dijumpai. Tak hanya pada orang dewasa, melainkan pada kelompok lansia yang intensitasnya mungkin semakin sering.
Spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, dr Saad Budiyono mengungkapkan bahwa nyeri otot atau nyeri sendi bisa disebabkan oleh banyak hal. Seperti trauma usai terjadi benturan atau cedera.
Advertisement
Serta, inflamasi atau adanya kerusakan yang terjadi pada jaringan saraf seseorang. Menurut Saad, nyeri otot utamanya disebabkan saat simpul saraf mengenai saraf nyeri.
"Pada orang tua itu banyak metabolisme atau sendi otot sudah mulai mengalami dehidrasi," ujar Saad dalam acara OMRON Virtual Media Briefing ditulis Jumat, (18/3/2022).
Terkait hal tersebut, Saad menyarankan para lansia untuk mengurangi kegiatan sedentari untuk menghindari potensi terjadinya nyeri otot.
"Pada orang tua upayakan jangan sedentari, diam diri duduk lama. Upayakan aktivitas sehari-hari yang bisa dikerjakan bersifat ringan sesuai dengan usia," kata Saad.
"Tetap dikerjakan, tidak boleh diam karena dengan sendi bergerak, dengan kerjanya mungkin yang bersangkutan ibu bapak kita itu happy gembira," tambahnya.
Hipertrofi dan atrofi
Tak hanya itu, dengan tetap bergerak melakukan aktivitas ringan hingga sedang yang sesuai usia, para lansia juga bisa terhindar dari hipertrofi dan atrofi.
"Kedua, otot bekerja jadi tidak mengalami hipertrofi dan atrofi. Sendi tidak kaku, tidak mengalami itu proses inflamasi," ujar Saad.
Terlebih, dengan tetap bergerak, Saad mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut dapat mengurangi potensi tulang untuk cepat keropos.
"Dengan bergerak atau bekerja ringan sesuai usia, tulang tidak akan mengalami keropos. Sehingga tidak mengalami nyeri," katanya.
"Sehingga untuk orang tua kita, tetap diberikan aktivitas, tetap menggerakan badan sebagaimananya orang tua. Jadi tetap semangat, tetap aktivitas," tambahnya.
Advertisement