Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham dan kripto yang terus mencetak keuntungan memicu penambahan lebih dari satu juta miliarder baru di Amerika Serikat.
Dilansir dari CNBC International, Jumat (18/3/2022) jumlah warga Amerika dengan aset sebesar USD 1 juta atau lebih naik ke rekor 14,6 juta orang pada 2021.
Advertisement
Jumlah tersebut naik dari 13,3 juta penambahan miliarder yang tercatat pada tahun 2020, menurut laporan dari perusahaan riset kekayaan, Spectrem Group.
"Ini adalah tahun terkuat yang pernah ada untuk penciptaan miliader di semua segmen," kata George Walper, presiden Spectrem Group.
Jumlah miliarder Amerika dengan kekayaan senilai USD 25 juta atau lebih telah melonjak hingga 18 persen.
Secara keseluruhan, kini ada 252.000 orang di AS yang mengantongi kekayaan bersih USD 25 juta - naik dari 214.000 pada 2020.
Pasar saham sejauh ini merupakan mesin penambahan kekayaan terbesar bagi para miliader di AS di tahun 2021.
Tahun lalu, nilai S&P 500 naik 27 persen sedangkan Nasdaq naik 21 persen.
1 persen orang terkaya di AS memperoleh lebih dari USD 3 triliun kekayaan pasar saham pada tahun 2021, menurut data Federal Reserve.
Bagaimana di 2022?
Pada 2021, kripto dan aset digital lainnya seperti NFT, atau bahkan real estate juga bertambah nilainya.
Kapitalisasi pasar total aset crypto, meskipun ada perubahan harga yang cukup signifikan, naik hingga USD 1,5 triliun tahun lalu menjadi lebih dari USD 2,3 triliun, menurut CoinGecko.
Nilai investasi ekuitas swasta dan modal ventura juga melonjak.
Hal ini dikarenakan orang kaya mampu menginvestasikan lebih banyak uang mereka, terutama yang memiliki risiko dan imbalan tertinggi, ultra-jutawan diuntungkan lebih banyak daripada orang kaya pada tahun 2021.
"Orang kaya memiliki eksposur terbesar untuk investasi terluas," kata George Walper, presiden Spectrem Group.
"Bukan hanya pasar likuid tradisional yang berhasil tahun lalu. Keuntungan juga didapat dari investasi alternatif, investasi real estat, dan kripto," bebernya.
Namun, pakar tidak melihat keuntungan saham dan kripto yang tercatat 2021 lalu akan bertahan tahun ini, mengingat inflasi yang melonjak, kenaikan suku bunga dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.
"Setiap hari bisa berubah, jadi sulit untuk memprediksi di mana tahun akan berakhir," kata Walper.
"Tetapi beberapa bulan pertama tahun 2022 telah melukiskan gambaran yang berbeda dari tahun 2021," imbuhnya.
Advertisement