Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di sejumlah negara kembali mengalami lonjakan, seperti di Hong Kong, Korea Selatan dan China.
Dilansir laman NBC News, Jumat (18/3/2022), wabah COVID-19 didorong oleh varian omicron yang lebih menular, telah mengejutkan wilayah China, yang telah menjalankan strategi pengujian massal "nol-Covid", pelacakan kontak, penutupan perbatasan, dan persyaratan karantina yang ketat menjaga kasus dan kematian seminimal mungkin selama hampir dua tahun.
Advertisement
Sementara para ahli setuju bahwa pendekatan masuk akal untuk Hong Kong di awal pandemi, para kritikus mengatakan itu juga menimbulkan rasa puas diri, dan pemerintah tidak siap dengan wabah yang banyak diperingatkan tidak bisa dihindari.
Varian Omicron menggoncang Hong Kong yang berpenduduk padat seperti yang terjadi di tempat lain di dunia.
Secara resmi, ada lebih dari 740.000 kasus sejak wabah dimulai pada akhir Desember, dari populasi 7,4 juta. Tetapi para peneliti di Universitas Hong Kong memperkirakan bahwa 3,6 juta orang, atau hampir setengah dari populasi, telah tertular virus dalam wabah saat ini, dan totalnya akan menjadi 4,5 juta.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rendahnya Tingkat Vaksinasi
Hong Kong mengalami situasi yang mirip dengan India selama gelombang kedua yang mematikan.
Sistem perawatan kesehatan telah tertekuk karena kekurangan oksigen, tempat tidur yang tidak mencukupi dan tenaga kerja yang terbebani.
Wilayah ini sekarang menjadi rumah bagi kematian per kapita tertinggi. Alasan untuk ini sebagian besar adalah tingkat vaksinasi yang rendah di antara populasi yang lebih tua. Sekitar 80,44 persen dari mereka yang berusia antara 70 dan 79 tahun telah divaksinasi lengkap.
Dengan demikian, angka tersebut turun menjadi 55,29 persen untuk mereka yang berusia di atas 80 tahun.
Advertisement