Antibodi COVID-19 Penduduk di Wilayah Aglomerasi dan Jawa-Bali Tinggi

Proporsi penduduk dengan antibodi COVID-19 di wilayah aglomerasi dan Jawa-Bali.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Mar 2022, 15:00 WIB
Warga bersepeda di area lingkar luar kawasan Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Sabtu (11/9/2021). Kawasan ini kembali ramai dengan aktivitas warga seiring penurunan level PPKM di wilayah Jabodetabek. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Antibodi penduduk yang sudah vaksinasi COVID-19 di wilayah aglomerasi dan Jawa-Bali mempunyai persentase tinggi ketimbang di daerah non aglomerasi maupun luar Jawa-Bali. Temuan ini dari hasil Survei Serologi COVID-19 yang dilakukan November-Desember 2021.

Epidemiolog Iwan Ariawan menjelaskan, pada umumnya wilayah aglomerasi memiliki tingkat mobilitas dan cakupan vaksinasi COVID-19 tinggi. Pemilihan pelaksanaan survei dilakukan di aglomerasi juga karena wilayah ini menjadi sasaran prioritas vaksinasi.

"Kalau kita lihat wilayah aglomerasi dan non aglomerasi. Aglomerasi itu daerah perkotaan, umumnya daerah-daerah keramaian karena mobilitas tinggi. Hasil antibodi penduduk di aglomerasi (90,8 persen) yang sudah vaksinasi lebih tinggi tinggi dibanding non aglomerasi (83,2 persen)," Iwan saat memberikan keterangan pers terkait Hasil Serologi Survei Nasional yang digelar di Gedung Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Jumat (18/3/2022).

"Sementara itu, proporsi penduduk yang belum divaksinasi tapi sudah mempunyai antibodi di wilayah aglomerasi (75,7 persen) hampir sama dengan non aglomerasi (73 persen). Kurang lebih sebenarnya proporsinya hampir menyebar rata ke semua daerah (baik aglomerasi maupun non aglomerasi)."

Aglomerasi adalah suatu wilayah padat penduduk yang mempunyai kehidupan ekonomi kegiatan sosial ekonomi yang sama. Antara lain, aglomerasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek); Makassar, Sungguminasa, Takalar dan Maros; Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo; Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan; Bandung Raya; Semarang, Kendal, Ungaran dan Purwodadi; Yogyakarta Raya, dan Solo Raya.

Wilayah di luar non aglomerasi, yaitu daerah pedesaan di luar kabupaten yang agak jauh dari perkotaan, sehingga survei bisa menciptakan atau mendapatkan informasi, apakah penularan memang hanya terbatas di wilayah aglomerasi atau sudah meluas ke semua wilayah Indonesia.

Survei serologi antibodi Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 untuk melihat seberapa besar kekebalan yang dimiliki penduduk Indonesia ini dilakukan kolaborasi oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Eijkman, dan Prodia.


Penduduk di Jawa-Bali Lebih Tinggi Antibodinya

Seorang warga menerima vaksin virus corona COVID-19 Sinovac di pusat vaksinasi massal darurat di lapangan sepak bola di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (30/9/2021). Vaksinasi ini dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. (Juni Kriswanto/AFP)

Sebagai tambahan, pemeriksaan sampel subjek pada survei serologi antibodi, dijelaskan Farid dari Tim Pandemi COVID-19 FKM UI menggunakan metode pemeriksaan Elecsys Anti Sars-CoV-2 Roche. Target sampel untuk wilayah aglomerasi sekitar 514 desa kelurahan dengan sampel 10.280 atau 20 penduduk per desa.

"Di wilayah non aglomerasi ada 580 desa kelurahan dengan total sekitar 11.600 penduduk. Tetapi namanya survei ada beberapa yang menolak, ada beberapa yang memang tidak bisa mengikuti survei karena harus bekerja. Jadi, data yang terkumpul ada sekitar 93 persen di wilayah aglomerasi dan 95 persen di wilayah non aglomerasi," jelasnya.

"Capaian yang menurut kami cukup tinggi. Karena target kita pada saat mendesain survei ini, responden yang kita tetapkan 80 persen. Alhamdulillah, kita bisa sampai target survei responden di atas 90 persen, bahkan 95 persen."

Selanjutnya, apabila melihat proporsi penduduk di kabupaten/kota, Iwan Ariawan melanjutkan, wilayah kota lebih tinggi dengan penduduk (91,8 persen) yang sudah memiliki antibodi terhadap virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 dari vaksinasi ketimbang kabupaten (83,4 persen).

"Dengan asumsi bahwa kota itu lebih ramai ya. Lalu di kabupaten dengan penduduk yang belum vaksinasi tapi memiliki antibodi bisa dibilang sudah tinggi (71,4 persen), sedangkan di kota dengan penduduk belum vaksinasi, proporsinya 79,5 persen," terang Iwan.

"Kelompok orang yang belum divaksin tapi sudah punya antibodi dari mereka dapat kekebalan alami karena terinfeksi COVID-19."

Di wilayah Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali juga terlihat kondisi serupa bagi penduduk yang sudah vaksinasi COVID-19. Wilayah Jawa-Bali punya proporsi antibodi lebih tinggi (91,3 persen) dibanding luar Jawa-Bali (84,1 persen)

"Kemudian, pada penduduk yang belum divaksinasi, proporsi punya antibodi Sars-CoV-2 antara wilayah Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali.  Kalau dilihat ya bedanya tidak terlalu jauh, antara 73,2 persen (Jawa-Bali) dan 74,1 persen di luar Jawa-Bali," pungkas Iwan yang juga anggota Tim Pandemi COVID-19 FKM UI.


Infografis Jangan Bebal, Kamu Tidak Kebal Covid-19

Infografis Jangan Bebal, Kamu Tidak Kebal Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya