Jakarta - Australia dan Jepang pada hari Jumat (18/03) meningkatkan tekanan pada Rusia dengan menjatuhkan sanksi pada individu, bank, dan organisasi pemerintah Rusia.
Canberra memberlakukan sanksi pada Kementerian Keuangan Moskow dan tambahan 11 bank dan organisasi pemerintah, termasuk bank sentral, yang mencakup sebagian besar aset perbankan Rusia bersama dengan semua entitas yang menangani utang negaranya. Demikian seperti dikutip dari laman DW Indonesia, Jumat (18/3/2022).
Baca Juga
Advertisement
"Dengan dimasukkannya Bank Sentral Rusia baru-baru ini, Australia kini telah menargetkan semua entitas pemerintah Rusia yang bertanggung jawab untuk menerbitkan dan mengelola utang negara Rusia," kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam sebuah pernyataan dikutip dari kantor berita Reuters.
Sementara itu, Jepang mengatakan akan menjatuhkan sanksi terhadap 15 individu dan sembilan organisasi, termasuk pejabat pertahanan dan eksportir senjata dalam negeri Rusia, Rosoboronexport.
Sanksi tersebut, yang mencakup pembekuan aset, adalah yang terbaru dalam serangkaian tindakan yang dilakukan Tokyo sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tanggal 24 Februari lalu. Hinggi kini, Jepang telah memberlakukan sanksi terhadap 76 individu, tujuh bank, dan 12 organisasi Rusia, demikian menurut Kementerian Keuangan Jepang.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kerja Sama dengan Rusia
Jepang sendiri masih memiliki 30% saham dalam proyek minyak dan gas di Pulau Sakhalin, Rusia, setelah perusahaan migas Shell dan Exxon Mobil keluar dari proyek tersebut.
Sebelumnya, Perdana Menteri Fumio Kishida pada hari Rabu (16/03) tidak memberikan indikasi yang jelas terkait nasib investasi Jepang akan proyek tersebut. Ia menekankan bahwa proyek tersebut penting untuk keamanan energi Jepang, tetapi Tokyo juga memastikan komitmennya untuk tetap sejalan dengan kelompok negara G7 dalam memberikan sanksi melawan Rusia.
Dilansir kantor berita Reuters, Duta Besar Rusia untuk Jepang pada hari Kamis (17/03) mengatakan bahwa logis untuk mempertahankan hubungan "saling menguntungkan" dalam proyek energi Sakhalin.
Advertisement