Ukraina Klaim Rusia Kehilangan 14 Ribu Tentara Akibat Invasi

Ukraina masih terus bertahan dari gempuran Rusia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Mar 2022, 20:10 WIB
Orang-orang yang melarikan diri dari perang di Ukraina menunggu di stasiun kereta api di Przemysl, Polandia tenggara, Kamis (17/3/2022). Polandia telah menerima sekitar 1,95 juta pengungsi yang melarikan diri dari perang dan agresi Rusia di Ukraina. (AP Photo/Petros Giannakouris)

Liputan6.com, Kyiv - Pemerintah Ukraina mengklaim bahwa total prajurit Rusia yang tewas mencapai 14 ribu orang. Ukraina juga mengklaim ada 450 tank Rusia yang dihancurkan.

Informasi itu disebar oleh Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina melalui Facebook. Tepatnya, Rusia disebut kehilangan 14.200 prajurit.

"Antara 24 Februari 2022 dan 18 Maret 2022, total kekalahan petarun musuh adalah sebagai berikut: 14.200 prajurit, 450 tank, 1.448 kendaraan lapis baja, 205 sistem artileri, 72 sistem peluncur roket multiple," tulis laporan itu seperti dikutip media pemerintah Ukraina, Ukrinform, Jumat (18/3/2022).

Belum diketahui apakah perhitungan itu akurat.

Lebih lanjut, pihak Ukraina berkata telah menghancurkan sistem anti-aircraft milik Rusia, 93 pesawat, 112 helikopter, 879 motor, tiga perahu, 60 tank bahan bakar, 12 UAV, dan 11 unit peralatan khusus.

Berdasarkan data Global Fire Power, Rusia adalah militer kedua terbaik di dunia. Namun, Ukraina diketahui mendapatkan bantuan senjata pertahanan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Menlu Prancis: Rusia Hanya Pura-Pura Negosiasi

Warga Ukraina berkumpul di tempat penampungan pengungsi di Nadarzyn, dekat Warsawa, Polandia, Kamis (17/3/2022). Polandia telah menerima sekitar 1,95 juta pengungsi yang melarikan diri dari perang dan agresi Rusia di Ukraina. (AP Photo/Czarek Sokolowski)

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian berkata bahwa Rusia hanya pura-pura negosiasi saja dengan Ukraina. Strategi Rusia dinilai mirip dengan yang terjadi di Chechnya dan Suriah.

Dilaporkan RFI, Jumat (18/3), Le Drien berkata ciri-ciri negosiasi Rusia disebut menuntut banyak permintaan, hingga membuat koridor kemanusiaan lalu menyalahkan pihak lain tak menghormatinya.

"Sayangnya kia masih menghadapi logika Rusia yang sama, membuat permintaan yang maksimalis, menginginkan Ukraina untuk menyerang dan mengintensifkan peperangan pengepungan," ujar Le Drian kepada koran Le Parisien.

"Sebagaimana di Grozny dan Aleppo, ada tiag elemen tipikal, pengemboman tanpa diskriminasi, apa yang disebut 'koridor-koridor' kemanusiaan yang didesain agar menuduh pihak lain tidak menghormatinya, dan diskusi tanpa tujuan selain berpura-pura mereka mengosiasi," lanjutnya.

Sementara, Menlu Prancis menyebut Ukraina melaksanakan diskusi dengan bertanggung jawab dan berpikiran terbuka. Sejauh ini, gencatan senjata antara Rusia-Ukraina masih belum bisa terwujud.

Le Drien pun mengkritik retorika nuklir Vladimir Putin, serta menegaskan bahwa gencatan senjata adalah hal yang urgen.


Infografis Invasi Rusia:

Infografis Upaya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya