Harga Minyak Makin Panas, Masih Betah di Atas USD 100 per Barel

Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei terangkat USD 1,29 atau 1,2 persen, menjadi menetap di USD 107,93 per barel.

oleh Tira Santia diperbarui 19 Mar 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Namun harga minyak membukukan kerugian mingguan kedua berturut-turut, setelah pekan perdagangan yang bergejolak tanpa penggantian yang mudah untuk barel minyak Rusia di pasar yang ketat.

Dikutip dari Antara, (Sabtu (19/3/2022), harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei terangkat USD 1,29 atau 1,2 persen, menjadi menetap di USD 107,93 per barel, sehari setelah melonjak hampir 9,0 persen dalam persentase kenaikan harian terbesar sejak pertengahan 2020.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April naik USD 1,72 atau 1,7 persen ke level USD 104,70 per barel, menambah lonjakan 8,0 persen sesi sebelumnya.

Kedua kontrak acuan tersebut mengakhiri minggu dengan turun sekitar 4,0 persen, setelah diperdagangkan dalam kisaran 16 dolar AS. Harga mencapai level tertinggi 14 tahun hampir dua minggu lalu, mendorong aksi ambil untung sejak saat itu.

Rusia mengatakan kesepakatan belum tercapai setelah hari keempat pembicaraan dengan Ukraina. Beberapa tanda kemajuan telah muncul awal minggu ini.

“Ekspektasi sebelumnya untuk gencatan senjata atau kesepakatan Rusia-Ukraina telah memudar ketika serangan militer Rusia di kota-kota utama berlanjut menyusul sanksi keuangan tambahan terhadap Rusia,” kata Presiden Ritterbuch and Associates LLC, Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Krisis Pasokan

Harga minyak dunia kembali tertekan seiring permintaan melambat, sedangkan produksi minyak melimpah dan kekhawatiran ekonomi global.

Harga minyak mentah seperti di atas rollercoaster, didorong oleh krisis pasokan dari para pedagang yang menghindari barel Rusia dan berkurangnya stok minyak.

Tetapi harga telah ditekan oleh kekhawatiran tentang permintaan dengan kasus COVID-19 yang melonjak di China, sementara pembicaraan nuklir yang tersandung dengan Iran telah menjadi kartu liar di pasar.

Volatilitas telah membuat beberapa investor takut keluar dari pasar minyak, yang dapat memperburuk perubahan harga.

Sementara itu pasokan dari kelompok produsen OPEC+ pada Februari melampaui target bahkan lebih dari bulan sebelumnya, kata sumber. Badan Energi Internasional mengatakan pasar minyak bisa kehilangan 3 juta barel per hari minyak Rusia mulai April.

Produsen minyak AS juga telah menunjukkan kendala yang cukup besar sejak konflik di Ukraina dimulai. Perusahaan energi AS minggu ini mengurangi jumlah rig minyak yang aktif di negara itu sebanyak 3 rig menjadi 524 rig minggu ini, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya