Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat vaksinasi COVID-19 secepatnya, baik vaksinasi lengkap dua dosis maupun booster. Hal ini sejalan dengan hasil survei serologi rentang November-Desember 2021, sebanyak 86,6 persen penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi COVID-19.
Berdasarkan survei serologi yang dilakukan secara kolaborasi oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Eijkman, dan Prodia, antibodi dapat diperoleh lewat vaksinasi dan sudah pernah kena infeksi COVID-19.
Baca Juga
Advertisement
"Kita lihat, hasil sero survei November-Desember 2021, (penduduk) yang sudah memiliki antibodi 86,6 persen. Datanya menunjukkan, imunitas paling tinggi itu kalau terjadi kombinasi antara infeksi ditambah vaksinasi. Jadi, suka atau tidak suka, urut-urutan penting ya," ucap Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers terkait Hasil Serologi Survei Nasional di Gedung Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Jumat (18/3/2022).
Mending kita vaksinasi dulu, baru ketularan. Karena vaksinasi melindungi hospitalisasi (tingkat perawatan masuk rumah sakit) risiko lebih rendah daripada kena duluan (terinfeksi), kemudian divaksinasi. Pesan buat masyarakat, tolong vaksinasi secepat-cepatnya."
Vaksinasi COVID-19 dapat memberikan perlindungan dari gejala COVID-19. Ketika sudah vaksinasi, lalu terinfeksi, gejala lebih ringan sehingga tidak perlu masuk rumah sakit.
"Yang jelas, vaksinasi akan memberikan proteksi agar kalau kita kena enggak masuk rumah sakit. Kalaupun kena ya kita jadi lebih kuat daya tahannya," imbuh Budi Gunadi.
Vaksinasi Cegah Hospitalisasi dan Kematian
Budi Gunadi Sadikin kembali mengingatkan pentingnya vaksinasi COVID-19. Bahwa vaksinasi yang juga menciptakan antibodi atau kekebalan itu mencegah hospitalisasi dan kematian, bukan mencegah penularan COVID-19.
"Yang perlu diingat, antibodi ini tidak mencegah penularan, tidak mencegah transmisi, melainkan mencegah hospitalisasi, mencegah kematian. Itu sebabnya, kita lihat di bulan Januari 2022, walaupun sudah tinggi (antibodi) 86,6 persen, jumlah kasusnya naik lebih tinggi dari varian Delta," ujar Menkes Budi Gunadi.
"Akan tetapi, hospitalisasinya seperempat atau seperlima dari Delta, kematiannya pun jadi sepersepuluh dari Delta. Kemudian, kalau enggak mau tertular (COVID-19), pakai masker."
Pandu Riono dari Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menambahkan, survei antibodi melihat berapa banyak sebenarnya tingkat penduduk atau proporsi penduduk yang sudah mempunyai kekebalan.
"Kekebalan memang menjadi dasar, bagaimana kita mengendalikan pandemi. Upaya sistematik dilakukan dengan vaksinasi. Jadi, apapun jenis vaksin ya yang penting adalah respons imun terhadap penduduk dengan vaksinasi dan juga riwayat infeksi (antibodi alami)," tambahnya.
Advertisement