Menkes Budi Tegaskan Indonesia Tak Lagi Kejar Herd Immunity COVID-19

Konsep kekebalan kelompok (herd immunity) terhadap COVID-19 tak lagi dikejar.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Mar 2022, 19:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meninjau vaksinasi COVID-19 untuk lansia yang diadakan mulai Senin (1/3/2021) di Kampus Hang Jebat, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Jakarta. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan, Indonesia tidak lagi mengejar kekebalan kelompok (herd immunity) COVID-19. Sebab, konsep herd immunity dinilai sudah tidak relevan, terlebih dengan adanya hasil survei serologi bahwa 86,6 persen penduduk Indonesia telah memiliki antibodi.

Fokus Pemerintah kini mengejar capaian kekebalan atau antibodi yang terbentuk pada masyarakat, terutama lewat vaksinasi COVID-19. Terbentuknya kekebalan menjadikan masyarakat lebih bebas beraktivitas di tengah transisi menuju endemi.

"Herd immunity ada rumusnya, tergantung dari reproduction rate (rata-rata orang terinfeksi) yang ada di negara, tergantung dari efikasi vaksin di negara, tergantung juga reproduction rate dari variannya (virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19)," terang Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers terkait Hasil Serologi Survei Nasional di Gedung Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Jumat (18/3/2022).

"Berdasarkan data yang ada, jadi tidak meaningful (berarti) lagi angka (herd immunity) 70 persen. Kita enggak ngejar konsep herd immunity lagi, tapi (mengejar) sebanyak-banyaknya masyarakat Indonesia  memiliki kekebalan. Dengan kekebalan, kita bisa lebih bebas bergerak karena kalaupun terpapar, risiko masuk rumah sakit dan wafat rendah."

Diterangkan Pandu Riono dari Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), herd immunity adalah konsep bagaimana menghadapi patogen atau virus yang realtif tidak berubah, sehingga imunitas bisa dikejar untuk menekan penyebaran. Sayangnya, hal itu tidak berlaku terhadap virus Sars-CoV-2.

"Dengan situasi saat ini, virus Sars-CoV-2 terus berevolusi dan tidak pernah berhenti, apalagi kecepatan variannya, sehingga herd immunity tidak relevan. Yang kita khawatirkan, virus Sars-CoV-2 bermutasi dan bisa menghindari dari imunitas," terangnya.

"Sementara ini, varian Omicron diduga bisa menghindari imunitas. Tapi ya setidaknya, efek antibodi masih bermanfaat dan bisa menekan risiko tidak masuk rumah sakit dan meninggal."


Kejar Imunitas demi Terbentuknya Immunity Wall

Warga saat diukur suhu tubuh sebelum menerima vaksin Pfizer dosis pertama di Kecamatan Beji, Depok,Rabu (1/9/2021). Pemerintah Kota Depok menggelar program Gebyar Vaksinasi Covid-19 secara serentak di 11 kecamatan di Kota Depok. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Senada dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin, Pandu Riono menekankan, penting mengejar vaksinasi COVID-19 sebanyak-banyaknya. Tujuannya, demi terbentuknya benteng pertahanan (immunity wall) untuk menghadapi berbagai varian Sars-CoV-2 yang bermutasi.

"Yang penting adalah kita berusaha mencapai vaksinasi sebanyak-banyaknya, secepat-cepatnya. Kalau toh terjadi peningkatan, penduduk sudah punya imun, itu disebut immunity wall atau benteng pertahanan yang bisa hadapi serangan musuh," jelasnya.

"Jika setiap orang punya benteng pertahanan, maka walau ada penularan, dampak timbul penyakit dan gejala dan masuk rumah sakit juga meninggal tidak terjadi. Karena adanya perlawanan (dari imunitas) yang cukup bisa diandalkan. Makanya, vaksinasi menjadi kunci penting dan harus berlanjut terus."

Kunci mengejar imunitas juga urgen dilakukan melihat adanya banyak negara di dunia yang kembali naik kasus COVID-19, seperti Eropa, Hong Kong, Tiongkok, dan Korea Selatan.

"Sekali lagi, kuncinya imunitas penduduk. Jadi, kita tidak menggunakan konsep herd immunity, tapi kita meningkatkan imunitas penduduk. Kalau bisa semua penduduk punya benteng pertahanan dengan vaksinasi," pungkas Pandu.


Infografis Total Vaksin Covid-19 dan Target Herd Immunity

Infografis Total Vaksin Covid-19 dan Target Herd Immunity. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya