Liputan6.com, Jakarta Apabila Indonesia sudah masuk fase endemi, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengingatkan bukan berarti bebas COVID-19. Virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19 akan tetap ada, namun dengan laju penyebaran rendah.
"Apakah kalau sudah endemi, maka selesai (bebas COVID-19)? mohon diingat, ada kemungkinan selesai. Ada kemungkinan tidak," kata Zubairi saat acara Pembukaan Monumen Pengabdian Dokter Indonesia di Kantor PB IDI Jakarta, ditulis Sabtu (19/3/2022).
Baca Juga
Advertisement
Masyarakat perlu juga memahami bahwa virus Sars-CoV-2 masih bermutasi. Saat ini, varian Omicron mulai mendominasi di Indonesia sejak terdeteksi pada Januari 2022. Kemunculan varian ini menimbulkan kekhawatiran lantaran virus tersebut menjadi pemicu lonjakan COVID-19 di sejumlah negara.
"Tolong diingat, pada bulan Desember 2021, jumlah kasus COVID-19 setiap hari rendah sekali, kurang dari 300. Bahkan kematian harian banyak yang nol," lanjut Zubairi.
"Kalau waktu itu kita terapkan pada hari ini, kita yakin pasti sudah endemi COVID-19. Namun, tiba-tiba muncul mutasi baru Omicron. Karena Omicron ini mutasinya banyak dan mudah menyebar. Maka, kita tidak menduga."
Siap Berhadapan dengan Penyakit Lain
Pada masa transisi menuju endemi, Zubairi Djoerban berharap tidak ada lagi mutasi varian Sars-CoV-2 yang lebih mengkhawatirkan. Walau begitu, tak dapat dimungkiri, virus akan selalu memperbanyak diri dan bermutasi demi bertahan hidup.
"Kita tidak berharap bahwa akan ada mutasi virus Sars-CoV-2 lagi yang 'lebih kejam' dari Omicron. Harapan kita semoga memang benar demikian, sehingga tahun ini adalah tahun terakhir untuk menjadi endemi dan tidak muncul lagi varian lain yang lebih menyebar," harapnya.
Di sisi lain, masyarakat harus bersiap menghadapi penyakit lain yang muncul atau menjadi wabah di masa depan. Zubairi mencontohkan, tuberkulosis (TBC) dan HIV yang sudah endemi tetap menyumbang angka kematian tinggi di dunia.
"Tolong diingat, walaupun endemi, misalnya TBC, apakah banyak yang meninggal? Banyak banget di dunia, jutaan orang meninggal per tahun, HIV sama juga jutaan orang meninggal. Padahal itu endemi dan banyak sekali program untuk mengatasi kedua penyakit tersebut," terang Zubairi.
"Kalaupun nanti dinyatakan endemi COVID-19, kita saling mengingatkan bukan berarti 'selesai', kita berhadapan dengan penyakit lain."
Advertisement