Bangkit dari Pandemi, Wisata Kampung Kue Surabaya Kini Raup Rp 15 Juta per Hari

Irul mengaku bahwa perjalanannya mendirikan wisata kampung kue tidak semulus yang dibayangkan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 21 Mar 2022, 07:13 WIB
Wisata Kampung Kue Surabaya kembali bangkit setelah sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Koordinator Wisata Kampung Kue Choirul Mahpuduah mengaku senang kampungnya semakin dikenal luas, baik dari dalam maupun luar Kota Surabaya.

Seperti kunjungan dari lembaga, perguruan tinggi, hingga kerja sama dengan sekolah dasar untuk  pembuatan pupuk, dari limbah bahan baku kue.

"Bahkan, banyak sekali pembeli atau pengunjung yang membeli dan memesan kue yang dimakan Bapak Wali Kota Eri Cahyadi, yakni kue apem," ujarnya, ditulis Senin (21/3/2022).

Irul mengaku bahwa perjalanannya mendirikan wisata kampung kue tidak semulus yang dibayangkan. Berawal dari 2001 saat dia pertama kali berdagang kuliner seorang diri, hingga pada 2005 dia belajar untuk memulai menggerakkan mesin perekonomian di kampungnya dengan mengajak para ibu-ibu yang terbiasa membuat kue.

"Produk kita juga diterima di hotel-hotel dan pusat oleh-oleh, hingga di maskapai penerbangan. Bahkan, untuk kue kering, saat sebelum pandemi Covid-19 pada  2019 sudah menembus pasar di Singapura dan Malaysia," ujarnya.

Namun, hal itu tak berlangsung lama, sejak pandemi Covid-19 menghantam Indonesia, Irul dan kawan-kawannya terpaksa harus menerima pengembalian produk dari pusat oleh-oleh, hingga harus memulai bisnis kue dari awal.

Karena itu, setelah Kampung Kue diresmikan pada 8 Februari 2022 lalu, Irul mengaku mendapat banyak dampak positif yang mempengaruhi usaha para ibu-ibu. Wisata Kampung Kue lebih dikenal dan kunjungan wisatawan semakin meningkat.

"Secara otomatis penghasilan semakin meningkat. Dengan diresmikannya Wisata Kampung Kue ini menambah kepercayaan masyarakat pada kualitas kue yang kami buat. Hal ini juga membuat kredibilitas Kampung Kue semakin meningkat," ucapnya.

Dalam sehari, Wisata Kampung Kue mampu memproduksi 2 juta kue, dengan total 70 jenis kue basah dan kering, yang dijual kembali oleh pemborong ke kabupaten/kota Sidoarjo dan Gresik. Hasilnya, Paguyuban Kampung Kue ini mampu meraup omzet hingga Rp 15 juta per hari.

"Alhamdulillah, kami yakin bisa mengejar omzet kami, seperti saat sebelum pandemi Covid-19. Kami yakin, bahwa Kampung Kue akan tetap ada untuk membantu menggerakkan ekonomi warga sekitar," ujarnya.

 


Dukungan Pemkot

Selain itu, Irul juga mengaku bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, selalu memberikan pendampingan untuk pemberdayaan Wisata Kampung Kue.

"Kami mendapat pendampingan dan kemudahan dalam mengurus perizinan NIB, logo halal, Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), promosi, pelatihan, uji nutrisi, dan penerbitan surat rekomendasi serta keterangan bahwa produk dari masing-masing pelaku UMKM bebas dari boraks dan formalin," ucapnya.

Sedangkan untuk skema penjualan dan pemasaran produk Wisata Kampung Kue, sebagian ibu-ibu telah menjual produknya melalui digital marketing melalui media sosial dan E-Peken. Tak hanya itu saja, Wisata Kampung Kue juga memiliki laman website sendiri, yakni www.kampungkuesby.com

"Dengan keberadaan E-Peken, hasilnya luar biasa ketimbang kami menjual di pusat oleh-oleh. Hanya saja belum semua ibu-ibu melakukan hal demikian, karena kapasitas untuk mengoperasikan handphone juga terbatas," ujarnya.

Irul berharap, melalui Wisata Kampung Kue ini, Pemkot Surabaya bisa membantu paguyubannya untuk mengakomodir kembali pasar-pasar yang sebelumnya telah dijamah, sebelum terjadi pandemi Covid-19.

"Kami akan merefresh kembali pasar-pasar yang sudah kita dapatkan sebelumnya. Kami juga berharap, Pemkot Surabaya bisa mengakomodir keinginan kami untuk ditindaklanjuti, untuk tetap melanjutkan pasar-pasar sudah kami dapatkan sebelumnya," ucapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya