Pawang Hujan Tidak Hanya Ada di MotoGP Mandalika 2022, tapi Juga Fashion Show Louis Vuitton

Tentang pawang hujan yang muncul di MotoGP Mandalika 2022, sebagian warganet menyebut itu "memalukan" dan bahwa "Indonesia masih sangat tradisional."

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Apr 2022, 04:14 WIB
Seorang pawang hujan melakukan ritual saat sesi latihan bebas MotoGP Indonesia di Sirkuit Mandalika, Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jumat (18/3/2022). (AFP/Bay Ismoyo)

Liputan6.com, Jakarta - Semarak penyelenggaraan MotoGP Mandalika 2022 akhir pekan kemarin bisa diulik dari berbagai hal. Salah satu yang tidak lepas dari radar atensi publik adalah kehadiran pawang hujan bernama Rara Isti Wulandari di sirkuit tersebut.

Memakai helm proyek dan tanpa alas kaki, Rara melakukan ritual pengusiran hujan di Sirkuit Mandalika, Minggu, 20 Maret 2022. Aksinya bahkan diunggah akun resmi MotoGP di Twitter dan menimbulkan berbagai reaksi.

Komentar ini termasuk datang dari warganet Indonesia. Sebagian mengaku bangga karena acara balap bergengsi itu jadi ajang memperkenalkan tradisi lokal, tapi tidak sedikit juga yang menyebut itu "memalukan" dan bahwa "Indonesia masih sangat tradisional."

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, faktanya MotoGP Mandalika 2022 bukan satu-satunya event yang memboyong pawang hujanFashion show Louis Vuitton bahkan pernah mengambil langkah serupa.

Pada 2018, rumah mode Prancis ini dilaporkan berusaha keras menahan hujan selama sesi peragaan busana mereka. Pihaknya disebut menyewa jasa pawang hujan untuk memastikan cuaca sempurna saat memperlihatkan koleksi mereka di luar ruangan.

Menurut Vogue, Senin (21/3/2022), pawang hujan yang dipekerjakan Louis Vuitton berasal dari Brasil, dan sudah "membantu mengendalikan cuaca" saat rumah mode itu menyelenggarakan peragaan busana di lokasi-lokasi eksotis. Ini termasuk ketika pihaknya mengadakan pertunjukan di Rio de Janeiro, Brasil dan Kyoto, Jepang.

Namun, eksekutif skeptis di dewan merek dikatakan sempat menghentikan alokasi dana bagi pawang hujan, yang dilaporkan hanya terbang di kelas satu. Hingga akhirnya pada Mei 2018, Dior dihadang hujan badai selama acara pertunjukan mereka.

Melihat itu, pawang hujan yang tidak disebutkan namanya itu kembali digaji untuk acara-acara mendatang Louis Vuitton. Khusus pada 2018, pawang hujan itu diterbangkan ke kota kecil Prancis Saint-Paul de Vence.

Terlepas dari kenyataan bahwa ada awan tebal sepanjang pertunjukan, hujan tidak turun sampai setelah Nicolas Ghesquiere menyudahi pertunjukan busananya. Rumornya, pawang hujan yang sama juga memastikan pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle pada Mei 2018 tidak dilanda hujan. Kendati, tidak ada keterangan lebih lanjut terkait ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Situs Pengendalian Hujan

Ilustrasi – Awan tebal menjelang hujan deras. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Di kesempatan berbeda, seorang jaksa Kolombia dilaporkan melihat pembayaran pada pawang hujan di sekitar waktu penyelenggaraan Piala Dunia FIFA 2011, lapor Bloomberg.

Sebuah situs "pengendalian hujan" yang menjulang tinggi, di mana para pawang hujan meminta para dewa membuka langit berabad-abad yang lalu, bahkan telah ditemukan di Afrika Selatan, menurut NBC News.

Terletak di daerah semi-kering di negara itu, dekat Botswana dan Zimbabwe, situs Ratho Kroonkop (RKK) berada di atas bukit setinggi 300 meter dan berupa dua "tangki batu" yang terbentuk secara alami. Tangki-tangki ini terbentuk ketika air melemahkan batu pasir yang mendasarinya.

Ketika para ilmuwan menggali salah satunya, mereka menemukan lebih dari 30 ribu spesimen hewan, termasuk sisa-sisa badak, zebra, bahkan jerapah.

 


Ritual Pribumi Afrika

Ilustrasi Awan Mendung. (Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay )

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pawang hujan akan naik ke puncak Ratho Kroonkop melalui celah di batu. Ketika mencapai puncak bukit, mereka akan menyalakan api untuk membakar sisa-sisa hewan sebagai bagian dari ritual hujan.

Orang-orang yang melakukan ritual ini berasal dari San, sebuah kelompok pribumi di Afrika bagian selatan yang hidup sebagai pemburu-pengumpul. "Mereka adalah pengendali hujan San yang dipekerjakan para petani untuk mengendalikan hujan," jelas peneliti Simone Brunton, kandidat doktoral di University of Cape Town.


Akses yang Dikontrol Ketat

Ilustrasi hujan. (Photo Kireyonok_Yuliya Copyright by Freepik)

Akses ke lokasi pengendalian hujan dikontrol dengan ketat. "Para pawang hujan biasanya satu-satunya yang terlibat langsung dengan pelaksanaan ritual yang sebenarnya," Brunton menjelaskan.

Ia menyambung, "Akan sangat dilarang bagi orang biasa untuk pergi ke dekat lokasi." Situs itu "ditempatkan jauh dari masyarakat karena dianggap sangat berbahaya atau 'panas,' dan gangguan apapun akan menyebabkan para dewa marah."

Brunton dan rekan-rekannya menggunakan studi etnografi untuk menentukan pentingnya berbagai hewan di Ratho Kroonkop dalam membuat hujan. Beberapa hewan, tim menemukan, dikorbankan karena lemak mereka. "Banyak orang San percaya bahwa lemak mengandung konsentrasi potensi supernatural yang tinggi," tulis para peneliti di makalah Azania yang diterbitkan pada 2013 lalu.

Makhluk berlemak lainnya yang mereka temukan di situs tersebut termasuk hyrax batu, babi hutan, dan apa yang mungkin merupakan sisa-sisa eland. "Dalam kosmologi San, eland adalah hewan paling kuat. Membunuh satu eland akan memberi kekuatan besar pada pawang hujan untuk meminta hujan pada leluhur," Brunton menyebut.


Infografis MotoGP Indonesia Mandalika 2022

Infografis MotoGP Indonesia Mandalika 2022. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya