Cerita 2 Mahasiswa Bikin Situs Web untuk Bantu Pengungsi Ukraina Menemukan Rumah Sementara

Hingga pekan lalu, tercatat lebih dari tiga juta orang telah meninggalkan Ukraina akibat Invasi Rusia, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Mar 2022, 03:02 WIB
Pelajar dari India yang belajar di Ukraina yang melarikan diri dari konflik berfoto selfie di sebuah kamp pengungsi di Voluntari, Rumania, 1 Maret 2022. PBB menyampaikan informasi bahwa jumlah pengungsi dari Ukraina akibat invasi Rusia telah melebihi setengah juta orang. (AP Photo/Andreea Alexandru)

Liputan6.com, Jakarta - Dua mahasiswa Harvard University membuat situs web untuk membantu pengungsi Ukraina menemukan rumah sementara. Laman itu menghubungkan ribuan pengungsi dengan tuan rumah di seluruh dunia yang menawarkan tempat berlindung, menurut laporan CNN, Senin (21/3/2022).

Idenya lahir ketika Avi Schiffmann menghadiri demonstrasi pro-Ukraina saat mengunjungi San Diego, beberapa waktu lalu. Kala itu, ia bertemu langsung dengan ratusan warga Amerika-Ukraina yang berbagi cerita menyedihkan dan meminta bantuan.

"Saya ingat pernah berpikir, 'Saya tahu cara mendesain situs web dengan platform besar,' jadi bagaimana mungkin saya tidak melakukan apapun untuk membantu?" kata pria 19 tahun tersebut. "Mereka membutuhkan bantuan, segera dan dalam skala yang sangat besar. Saya harus menemukan cara untuk mewujudkannya sesegera mungkin."

Hingga pekan lalu, tercatat lebih dari tiga juta orang telah meninggalkan Ukraina akibat invasi Rusia, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi. Ribuan lainnya menuju ke perbatasan setiap hari. Sementara itu, jutaan warga Ukraina tetap berada di negara di mana konflik aktif telah memutus akses ke pasokan dasar dan obat-obatan.

Schiffmann, yang tinggal di Seattle saat mengambil cuti kuliah satu semester, menghubungi temannya Marco Burstein untuk membagikan idenya. Meski Burstein berada di Massachusetts dan terjerat di tengah semester yang sibuk, mahasiswa ilmu komputer berusia 18 tahun itu menyetujui gagasan tersebut.

Selama tiga hari, keduanya menghabiskan waktu untuk merancang, mengedit, dan menyempurnakan situs web yang didedikasikan untuk membantu para pengungsi. Hingga akhirnya Ukraina Take Shelter diluncurkan pada 3 Maret 2022.

Dalam seminggu, lebih dari empat ribu orang telah membuat daftar yang menawarkan perlindungan bagi para pengungsi Ukraina. "Bagi saya, saya sering berada di belakang komputer, yang mana ini merupakan keahlian saya, tapi kadang-kadang merasa sangat terputus," kata Schiffmann.

Ia berkata, "Melihat begitu banyak orang dari negara-negara di setiap sudut dunia melakukan sesuatu untuk membantu para pengungsi ini, yang membutuhkan dan berhak mendapatkan keselamatan, sungguh menginspirasi."

Faktanya, ini bukan pertama kalinya Schiffmann menggunakan keahilan desain web untuk membantu orang asing. Selama masa-masa awal pandemi COVID-19, ia membangun situs web untuk melacak dampak COVID-19. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Jangka Pendek dan Panjang

Mural Black Lives Matter dilukiskan dalam huruf-huruf besar berwarna kuning di 16th Street yang mengarah ke Gedung Putih di Washington DC, sebagai bentuk dukungan dan solidaritas. (Photo credit: Khalid Naji-Allah/Executive Office of the Mayor via AP)

Pada tahun yang sama, Schiffmann juga merancang situs web yang melacak protes Black Lives Matter yang terjadi di seluruh Amerika Serikat. "Saya melihatnya seperti ini: Hampir setiap orang memiliki ponsel pintar dan koneksi internet," kata Schiffmann.

"Selalu ada sesuatu yang terjadi di seluruh dunia, gempa bumi, perang, pandemi, dan selalu ada cara untuk menggunakan teknologi untuk meningkatkan kehidupan orang-orang dalam krisis kemanusiaan ini," ia menyambung.

Sampai saat ini, ada lebih dari satu juta pengguna di Ukraina Take Shelter dan lebih dari 25 ribu listing rumah sementara. Tuan rumah jangka pendek dan jangka panjang di seluruh dunia telah menawarkan segala yang mereka bisa, dari sofa ruang tamu dan kamar tidur cadangan, hingga seluruh rumah dan apartemen.


Ekspansi Situs Web

Warga Ukraina berkumpul di tempat penampungan pengungsi di Nadarzyn, dekat Warsawa, Polandia, Kamis (17/3/2022). Polandia telah menerima sekitar 1,95 juta pengungsi yang melarikan diri dari perang dan agresi Rusia di Ukraina. (AP Photo/Czarek Sokolowski)

Schiffmann dan Burstein sekarang sedang mencari cara untuk memungkinkan situs web juga mengumpulkan daftar dari platform persewaan besar, seperti Airbnb dan Vrbo. Juga, memuat daftar rumah sementara yang diunggah organisasi nirlaba dan pemerintah.

Situs web tersebut telah menarik perhatian banyak orang, termasuk pemerintah Ukraina, yang menanggapi salah satu tweet Schiffmann. "Avi Schiffmann yang terhormat, terima kasih banyak atas pekerjaan penting Anda," tulis akun Twitter resmi pemerintah Ukraina, beberapa waktu lalu.

Saat mendesain Ukraina Take Shelter, prioritas Schiffmann dan Burstein adalah membuatnya semudah mungkin untuk digunakan. "Ketika saya meneliti alat apa yang harus dimiliki pengungsi Ukraina untuk terhubung ke host, mereka tidak terlalu efisien," kata Schiffmann.

"Situs web ini memungkinkan para pengungsi untuk tidak harus duduk di tepi jalan di beberapa negara Eropa selama musim dingin, sementara mereka menunggu satu kelompok yang kewalahan atau yang lain untuk menghubungkan mereka," imbuhnya.

"Sekarang mereka dapat melihat puluhan ribu daftar (rumah sementara) di seluruh dunia yang siap untuk dicocokkan, dan yang harus mereka lakukan hanyalah menelepon atau mengirim SMS sesegera mungkin," Schiffmann menyebut.


Menemukan Tempat yang Aman

Pengungsi berusaha menemukan pakaian yang bisa digunakan setelah melintasi perbatasan Ukraina-Polandia di perbatasan Medyka, pada 17 Maret 2022. Lebih dari tiga juta warga Ukraina telah melarikan diri melintasi perbatasan, kebanyakan wanita dan anak-anak, menurut PBB. (Wojtek RADWANSKI/AFP)

Desain situs webnya sederhana. Pengungsi memasuki kota terdekat di mana mereka berharap untuk melarikan diri. Kemudian, mereka dapat melihat daftar rumah sementara yang tersedia, masing-masing dengan deskripsi akomodasi.

Terakhir, pengungsi dapat mengklik tombol telepon atau email untuk mendapatkan informasi kontak pribadi dari pengelola akomodasi tersebut. Situs ini telah diterjemahkan ke dalam lusinan bahasa, termasuk Ukraina, Jerman, dan Polandia.

"Ini mengembalikan kekuasaan ke tangan para pengungsi dengan memungkinkan mereka mengambil inisiatif, langsung membuka situs web, memasuki kota, dan segera menemukan daftar," kata Schiffmann.

"Mereka tidak perlu bergantung pada orang lain untuk membantu menemukan tempat yang aman. Ada jutaan pengungsi, dan itu akan berlipat ganda jadi jutaan lagi, jadi menyeimbangkan efisiensi dan keamanan, serta keselamatan sangat penting," ia menambahkan.

Sebagai catatan, tentu ada masalah keamanan. Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths mengatakan bahwa pedagang manusia mungkin mengambil keuntungan dari para pengungsi.

"Mungkin ada predator yang akan membawa pergi beberapa perempuan dan gadis ini," katanya. "Itu adalah bagian tambahan yang tidak senonoh dari konflik yang mengerikan ini."

Mengurangi risiko, Ukraina Take Shelter menyertakan peringatan di setiap tempat untuk memandu pengungsi tentang cara menghubungi tuan rumah dengan aman, meminta panggilan video, dan mengenali kemungkinan tanda bahaya. Situs ini juga menyediakan contoh pertanyaan untuk diajukan.


Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina

Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya