Ekonomi Dunia Didominasi AS dan China, Pemulihan Diramal Tak Seimbang

Bank Indonesia memprediksi proses pemulihan ekonomi global pasca pandemi Covid-19 akan tetap berjalan tidak seimbang pada tahun ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mar 2022, 15:00 WIB
Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi, proses pemulihan ekonomi global pasca pandemi Covid-19 akan tetap berjalan tidak seimbang pada tahun ini. Isu ini menjadi salah satu perhatian utama Indonesia dalam Presidensi G20 2022.

Perry mengatakan, dunia sudah berjuang menghadapi Covid-19 sejak 2 tahun terakhir. Iya melihat adanya secercah harapan menuju arah perbaikan ekonomi global.

"Tapi jarak untuk menuju kepada pemulihan tidaklah selalu mudah. Mari kita lihat, apa yang terjadi secara global. Bagaimana perkembangan ekonomi global, dan tantangan penting yang harus kita pahami bersama di ekonomi global," ungkapnya dalam sesi Kuliah Umum G20 untuk stakeholder daerah, Senin (21/3/2022).

Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ini lantas bercermin pada pertumbuhan ekonomi global di 2021 yang sebesar 5,7 persen.

"Masalahnya, ekonomi global yang tumbuh tinggi ini bertumpu pada dua negara besar, Amerika Serikat dan Tiongkok. Tentu saja jadi tidak seimbang," imbuh dia.

Ketidakseimbangan ekonomi global ini diramalnya bakal tetap berlanjut di 2022. Meskipun sejumlah kalangan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini bisa berada di angka 4,4 persen.

"Tapi ketidakseimbangan masih berlanjut. Kenapa? Karena kemampuan untuk pulih dari covid memang tidak seimbang," tegas Perry.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Proses Vaksinasi

Tenaga kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 untuk disuntikkan kepada siswa di SDN 01 Depok, Depok, Jawa Barat, Selasa (14/12/2021). Vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun dilakukan di beberapa sekolah di Jakarta, Depok, dan Tangerang Selatan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebagai contoh, ia mencermati proses vaksinasi yang berjalan cepat di negara maju. Di sisi lain, negara mapan dunia juga telah jor-joran memberikan stimulus fiskal dan moneter untuk proses pemulihan ekonomi.

Contoh-contoh tersebut, kata Perry, sulit terjadi di negara berkembang dengan kemampuan terbatas.

"Di banyak negara berkembang, kemampuan untuk membeli vaksin dan melakukan langkah-langkah kesehatan dari covid itu terbatas. Melakukan stimulus fiskal dan moneter juga terbatas. Belum lagi banyak negara berkembang, terutama di Afrika terbebani utang," tuturnya.

"Itu lah ketidakseimbangan dalam ekonomi global. Itu lah mengapa tema G20 kita pulih bersama (recover together recover stronger)," tandas Perry.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya