Curah Hujan Tinggi Picu Banjir di Cilacap, Ribuan Warga terdampak

Bencana banjir melanda Kabupaten Cilacap dan Banyumas lantaran dipicu hujan dengan intensitas sangat lebat pada Kamis (17/3) malam hingga dini hari Jumat.

oleh Camelia diperbarui 21 Mar 2022, 16:05 WIB
Ilustrasi – Banjir di Sidareja pada 20 Oktober 2016. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Bencana banjir melanda Kabupaten Cilacap dan Banyumas lantaran dipicu hujan dengan intensitas sangat lebat pada Kamis (17/3) malam hingga dini hari Jumat, kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo.

"Berdasarkan pantauan curah hujan di sejumlah lokasi pada tanggal 18 Maret 2022, curah hujan yang terjadi di Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan Purbalingga masuk kategori lebat hingga sangat. Bahkan ada yang masuk kategori (hujan) ekstrem," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Jumat, dikutip Antara, Senin (21/3/2022).

Dalam hal ini, data curah hujan yang terpantau di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jeruklegi, Cilacap, mencapai 215 milimeter atau masuk kategori ekstrem karena lebih dari 150 milimeter selama 24 jam.

Sementara di Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, tercatat mencapai 114 milimeter, dan di Losari, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, sebesar 102 milimeter sehingga masuk kategori sangat lebat.

Sedangkan di Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap tercatat 79 milimeter, Pos Meteorologi Bandara Tunggul Wulung Cilacap sebesar 58 milimeter, dan Kedungreja Cilacap mencapai 85 milimeter, sehingga masuk kategori lebat.

"Hujan sangat lebat jika curah hujan dalam 24 jam berkisar 100-150 milimeter, hujan lebat jika berkisar 50-100 milimeter," kata Teguh menjelaskan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


4000 Lebih KK Terdampak

Banjir di Cilacap semakin meluas, mencakup 31 desa di 10 kecamatan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sementara itu, dikutip dari Merdeka, sebanyak 108 KK atau 424 jiwa mengungsi di fasilitas pendidikan akibat banjir di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Plt.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mencatat wilayah terdampak banjir mencakup lima desa di tiga kecamatan. Wilayah terdampak tersebut meliputi Desa Mujur Lor, Desa Gentasari di Kecamatan Kroya. Selanjutnya, Desa Karangjati di Kecamatan Sampang dan Desa Klumprit, serta Desa Karangsembung di Kecamatan Nusawungu.

“BPBD Kabupaten Cilacap mencatat ada kurang lebih 4.088 KK atau 14.417 jiwa yang terdampak banjir. Sedangkan rumah yang terendam sebanyak 24 unit dengan tinggi muka air antara 5 hingga 150 centimeter,” jelas Abdul melalui keterangan tertulis pada Senin (21/3).


Total Kerugian

Banjir merendam padi siap panen di Kawunganten Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, 2010. (Foto: Liputan6.com/ Muhamad Ridlo)

Sebanyak 49 unit rumah ibadah rusak, 20 unit fasilitas pendidikan terendam, dan 565 hektar lahan pertanian juga ikut terdampak banjir.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, bersama tim gabungan dari lintas instansi terkait telah melakukan kaji cepat, mendirikan dapur umum, dan melakukan evakuasi dan pertolongan warga jika air mengalami kenaikan. Selain itu, BPBD juga telah mendistribusikan kurang lebih 3.700 nasi bungkus kepada warga di pengungsian maupun yang terdampak dirumah.

“Belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa, dan total kerugian masih dalam proses pendataan lebih lanjut,” ucap Abdul.


Antisipasi Banjir Susulan

Banjir ruas Kroya, Cilacap menuju Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: dok. Relawan Fortasi/Liputan6.com)

Menurut monitoring prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, masih dikatakan berpeluang hujan ringan hingga hingga Selasa (22/3/2022).

Sebagai antisipasi adanya banjir susulan lantaran cuaca ekstrem, Abdul mengimbau pemerintah daerah serta masyarakat melakukan upaya pencegahan terhadap bahaya hidrometeorologi basah. Selalu pantau peningkatan debit sungai dan saluran air lain jika terjadi hujan intensitas tinggi dengan durasi lebih dari satu jam.

Tak hanya itu, langkah mitigasi lainnya yang dapat dilakukan yaitu mengetahui risiko bencana yang ada di lokasi tempat tinggal, pahami rute evakuasi atau daerah yang lebih tinggi. Selanjutnya, pahami potensi bahaya sekitar dan informasi peringatan dini cuaca yang bersumber dari laman resmi seperti InaRISK dan InfoBMKG.


Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya