Pagar Kejut, Solusi Tekan Interaksi Negatif Gajah-Masyarakat di Aceh

BKSDA Aceh, FFI's IP dan konsorsium konservasi gajah di Provinsi Aceh yang diwakili oleh CRU Aceh, menyerahkan pagar kejut ke warga Kabupaten Pidie Aceh.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mar 2022, 23:53 WIB
Pagar kejut yang dipasang di Kabupaten Pidie Aceh, untuk menekan interaksi negativ antara Gajah Sumatra dan warga sekitar (Dok. BKSDA Aceh / Liputan6.com)

Liputan6.com, Aceh - Interaksi antara Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) dan masyarakat yang berdampak buruk, kerap terjadi di Kabupaten Pidie Aceh.

Untuk menanggulangi dampak negatif tersebut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Fauna & Flora International's Indonesia Programme (FFI's IP) dan konsorsium konservasi gajah di Provinsi Aceh yang diwakili oleh CRU Aceh, melakukan antisipasi.

Yakni menyiapkan dan menyerahkan pagar kejut atau power fencing, ke masyarakat di enam gampong dalam Kemukiman Beungga, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, pada hari Kamis (17/3/2022) lalu. Pagar kejut, sepanjang 4.200 meter, dipasang di Dusun Geunie, Kampung Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse Aceh.

Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto menuturkan, penyerahan alat tersebut merupakan bentuk komitmen dalam rangka implementasi salah satu strategi penanggulangan interaksi negatif gajah liar dan manusia, yang kerap terjadi di Kabupaten Pidie.

“Kegiatan itu merupakan tindak lanjut dari kegiatan rapat koordinasi penanggulangan interaksi negatif di Kabupaten Pidie pada tanggal 8 Maret 2022 lalu,” katanya di Aceh, Senin (21/3/2022).

Menurutnya, implementasi strategi lainnya dalam penanggulangan interaksi negatif gajah liar dan manusia yang akan dilakukan, antara lain pemasangan GPS collar dan penanaman bio barrier.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Tanaman Khusus

Pagar kejut yang dipasang di Kabupaten Pidie Aceh, untuk menekan interaksi negativ antara Gajah Sumatra dan warga sekitar (Dok. BKSDA Aceh / Liputan6.com)

Seperti tanaman yang tidak disukai gajah, antara lain jenis tanaman jeruk nipis dan kemiri, serta proses penyusunan koridor gajah liar yang secara paralel saat ini sedang berproses.

Asisten II Bupati Pidie Tarmizi menuturkan, power fancing telah dipasang untuk menjaga enam gampong mukim di Beungga di Kabupaten Pidie. Namun juga, masih banyak kegiatan lain untuk mencegah adanya interaksi negatif dari gajah dan manusia.

“Masyarakat sudi menjaga alat dengan baik, merawat dan jangan membiarkan hal-hal negatif pada alat ini. Harus tetap dilapor dan dijaga,” ujarnya.


Keluhan Masyarakat

Pagar kejut yang dipasang di Kabupaten Pidie Aceh, untuk menekan interaksi negativ antara Gajah Sumatra dan warga sekitar (Dok. BKSDA Aceh / Liputan6.com)

Ilyas, Imun Mukim Beungga merasa senang mendapatkan power fencing. Menurutnya, gajah masuk ke dalam desa mereka sudah lama dan merusak banyak tanaman kebun atau padi masyarakat.

“Masyarakat sangat rugi bila hasil tanamannya rusak, namun mereka mengerti bahwa gajah dilindungi oleh pemerintah, maka masyarakat terbuka akan pendampingan dari pemerintah lokal atau mitra yang bekerja di sekitar desa ini,” katanya.

Dia berharap, desa lain yang masih belum ada pagar kejut, juga dapat diinisiasi agar menjaga tanaman hasil kebun atau padi masyarakat dari keberadaan gajah yang masuk ke pemukiman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya