Cuaca Ekstrem Berpotensi Memperburuk Dampak Banjir di Jateng Selatan

Hujan lebat itu dapat memperburuk dampak banjir di sejumlah wilayah pesisir selatan Jateng, seperti Kebumen, Banyumas, dan Cilacap

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mar 2022, 06:15 WIB
Banjir ruas Kroya, Cilacap menuju Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: dok. Relawan Fortasi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Cilacap - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai petir atau angin kencang beberapa hari ke depan.

Hujan lebat itu dapat memperburuk dampak banjir di sejumlah wilayah pesisir selatan Jateng, seperti Kebumen, Banyumas, dan Cilacap.

Prakirawan Pos Pengamatan Meteorologi Tunggul Wulung, Rendi Krisnawan mengatakan, potensi hujan lebat dipengarui oleh faktor global, regional dan lokal.

Secara umum, Indonesia bagian barat masih musim hujan dan baru akan beranjak memasuki masa transisi ke musim kemarau sehingga potensi hujan masih tinggi.

“Jadi untuk beberapa hari ke depan masih ada potensi hujan sedang hingga lebat. Kadang disertai petir dan ada potensi angin kencang di beberapa wilayah,” kata Rendi, Senin (21/3/2022).

Selain itu, pengaruh La Nina juga memicu curah hujan sedang hingga ekstrem di selatan Jawa dan pegunungan tengah.

“Faktor global ini memang masih La Nina, kategori lemah. Ya,kalau disertai hujan lebat, masih ada potensi banjir (bertambah tinggi),” ucap dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Faktor yang Berpengaruh Terhadap Cuaca

Banjir di Cilacap semakin meluas, mencakup 31 desa di 10 kecamatan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Rendy menjelaskan, saat ini masih terjadi gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat mencakup wilayah Samudera Hindia barat Sumatera dan Samudera Hindia barat daya Lampung hingga selatan Banten, perairan barat Bengkulu hingga barat Lampung, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Samudera Hindia selatan NTB-NTT dan Australia bagian utara yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur mencakup wilayah Samudera Hindia barat Aceh, Laut Andaman, sebagian besar Sumatera, Kep. Riau, Kep. Natuna, Kep. Bangka Belitung, Laut Cina Selatan, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Jawa, Selat Karimata, Laut Jawa, Bali dan NTB bagian barat menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

Gelombang dengan Low Frequency yang cenderung persisten terpantau di wilayah Laut Andaman, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Natuna Utara, Samudera Hindia barat Aceh hingga Kep. Mentawai, Perairan utara Aceh. Aceh, Sumatera Utara, Samudera Hindia barat daya Lampung hingga selatan Jawa Tengah, Banten bagian selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian selatan, Laut Sulu, Laut Sulawesi, Filipina, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian utara, Perairan Kep. Sangihe - Talaud, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, dan Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua.

Kombinasi antara MJO, gelombang Rossby, gelombang Kelvin, dan gelombang tipe Low Frequency pada wilayah dan periode yang sama yakni di wilayah Samudera Hindia barat Aceh, Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Banten bagian selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengan bagian selatan, Jawa Timur, Bali dan NTB bagian barat yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.

Selain faktor di atas, suhu muka laut/Sea Surface Temperature (SST) dengan anomali +10C – +30C yang dapat meningkatkan potensi penguapan (penambahan massa uap air) yaitu di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Samudera Hindia selatan Jawa - NTT, Selat Madura, Laut Flores, Laut Bali, Selat Makassar, Teluk Bone, Teluk Tomini, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Sawu, Laut Timor, Laut Arafuru, Laut Halmahera, Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik utara Papua.

Selain itu, bibit Siklon Tropis 93S : Terpantau di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Timur - Bali, dengan kecepatan angin maksimum 30 knot. Sistem ini bergerak ke arah barat daya (menjauhi wilayah Indonesia) dan memiliki potensi untuk menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan pada kategori menengah.

Sistem ini membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari perairan sebelah selatan Jawa Barat hingga jawa Timur, dan di NTB serta low level jet hingga mencapai >25 knot di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Timur - Bali. Bibit siklon 93S ini mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah bibit siklon tropis dan di sepanjang daerah konvergensi/low level jet tersebut.

 


Imbauan untuk Warga

Ilustrasi – Banjir Sidareja, Cilacap pada akhir 2017 lalu. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Dengan potensi hujan lebat itu, dia meminta agar masyarakat di kawasan banjir, terutama di Banyumas dan Cilacap untuk mewaspadai kemungkinan memburuknya kondisi.

Salah satunya yakni bertambahnya ketinggian rendaman banjir dan meluasnya kawasan terdampak banjir. Selain itu, ada kemungkinan genangan akan bertahan lama karena tingginya curah hujan beberapa hari ke depan.

“Genangan banjir juga masih bertahan. Jadi perlu diwaspadai untuk masyarakat,” kata Rendi.

Diketahui, bencana banjir terjadi sepekan terakhir di empat kabupaten kawasan Jawa Tengah selatan, meliputi Purworejo, Kebumen, Banyumas dan Cilacap. Banjir sempat surut pertengahan pekan lalu.

Akan tetapi, pada akhir pekan banjir kembali terjadi dipicu hujan lebat. Wilayah paling terdampak banjir saat ini berada di dua kabupaten, yakni Banyumas dan Cilacap dan menyebabkan ribuan jiwa mengungsi.

Tim Rembulan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya