Liputan6.com, Jakarta Perang Ukraina membawa dampak luas bahkan hingga Asia Tenggara. Salah satu yang terdampak adalah pedagang di Supermart Rusia Jia Ruiying.
Lebih dari dua tahun lalu Jia pindah ke Singapura untuk mendirikan bisnis. Sebagai pemilik satu-satunya supermarket Rusia di negara itu, dia menghadapi serangkaian tantangan.
Advertisement
Supermarket Rusia adalah pasar swalayan yang menyediakan berbagai makanan dan minuman dari seluruh Eropa Timur. Namun, sejak empat hari sebelum Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina pada 24 Februari, Jia belum menerima pengiriman pasokan barang dagang.
"Produk kami dari pemasok Ukraina kemungkinan akan berhenti," kata Jia mengutip BBC Selasa (22/3/2022)
"Ketika perang dimulai, banyak orang Ukraina, Rusia dan Belarusia panik dan datang ke toko saya, takut tidak bisa mendapatkan makanan yang mereka inginkan untuk keluarga mereka di sini. Jadi mereka membeli banyak barang-barang ini dari toko dan menyimpannya di rumah."
Simak Video Berikut Ini
Diversifikasi Rantai Pasok
Sebagai akibat dari konflik, dia sekarang berencana untuk mendiversifikasi (menganekaragamkan) rantai pasokannya ke lebih banyak tempat di Eropa Timur. Ini untuk menghindari keterlambatan pengiriman produk karena perang Rusia-Ukraina.
Selain itu, keputusan sekutu Barat untuk mengeluarkan beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional Swift mempersulit Jia dan pelanggannya untuk membayar tagihan mereka.
"Beberapa pelanggan mengalami kesulitan menarik uang dari bank mereka karena sanksi. Setelah sanksi Barat terhadap transaksi Swift di Rusia, kami mengalami beberapa kesulitan dengan transaksi."
Advertisement
Ingin Situasi Pulih
Sebelum adanya perang, bisnis Jia dan pedagang lain sudah cukup terpuruk oleh pandemi COVID-19.
Setelah bisnis mulai membaik, terjadi perang antara Rusia dan Ukraina yang kembali memengaruhi pedagang seperti Jia.
Seperti pelaku bisnis lain di Asia Tenggara, ia mengharapkan situasinya cepat pulih.
Infografis Rusia VS Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer
Advertisement