Itik Pedaging Jenis Gunsi PKC Potensial dikembangkan di Indonesia

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyampaikan, Itik Gunsi PKC (Peking Khaki Champbell) mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia.

oleh nofie tessar pada 22 Mar 2022, 10:17 WIB
(Foto:Dok.Kementerian Pertanian RI)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyampaikan, Itik Gunsi PKC (Peking Khaki Champbell) mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Agung Suganda di Jakarta, Selasa (22/03)

Kementerian Pertanian saat ini terus berupaya untuk melestarikan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) dengan melakukan pemuliaan ternak untuk memperoleh bibit ternak yang bermutu. Salah satunya rumpun Itik Gunsi PKC (Peking Khaki Champbell).

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak (Direktur Bitpro), Agung Suganda mengatakan, sejatinya Itik Gunsi PKC merupakan sumber genetik yang mesti dikembangkan dan dijadikan sumber ketahanan pangan nasional. Pelestarian rumpun Itik Gunsi PKC juga telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 366/Kpts/PK.020/M/5/2019 tentang Pelepasan Rumpun Itik Gunsi PKC.

"Untuk itu, kami menerapkan langkah pelestarian melalui penetapan dan pelepasan rumpun atau galur ternak lokal untuk menjaga dari kepunahan," ujar Direktur Bitpro, Agung.

Menurut Agung, berbagai ragam rumpun itik lokal sejatinya telah lama digunakan sebagai sumber protein hewani di pedesaan. Hal ini sejalan dengan perkembangan budidaya itik di Indonesia yang mengalami peningkatan.

Ia sebutkan, berdasarkan data statistik peternakan tahun 2021, populasi itik di Tanah Air terdapat sekitar 50 juta ekor dan tercatat populasi dari tahun 2020 sampai dengan 2021 meningkat sekitar dua juta ekor. Populasi terbanyak pengembangan itik berada di provinsi Jawa Barat sebesar 9,9 juta ekor, Jawa Timur sebesar 6,6 juta ekor, Jawa Tengah 5,5 juta ekor dan Sulawesi Selatan 5,2 juta ekor.

“Itik pedaging merupakan salah satu komoditi yang akan terus dikembangkan di Indonesia karena makin hari konsumen daging itik makin meningkat yang mampu mengangkat ekonomi masyarakat peternak," imbuh Agung.

Ke depannya, Agung mengharapkan kinerja produksi ini terus dapat ditingkatkan. Ditambah penerapan kompartemen bebas flu burung Indonesia telah dipublikasi pada website Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), sehingga kesempatan untuk diekspor ke luar negeri terbuka luas.

“Untuk itu, dalam pengembangan usaha peternakan, kita perlu mengoptimalkan ternak lokal dengan memanfaatkan segenap potensi yang ada yaitu lahan dan pakan, serta didukung teknologi yang tepat dan penanganan Kesehatan hewan yang baik, sehingga mampu berdaya saing," papar dia.

Sementara itu, Pemilik PT. Perkasa Genetika (PT. PPG), Ang Hendra menyampaikan, pihaknya telah merintis pembentukan rumpun baru itik tipe pedaging dengan menyilangkan antara itik Peking dengan itik Khaki Campbell yang ada di Indonesia.

Kegiatan persilangan atau pemuliaan tersebut sudah dimulai sejak tahun 2012. Itik Peking digunakan karena produksi dagingnya yang tinggi dan itik Khaki Champbell digunakan karena produksi telurnya yang cukup baik.

“Hasil persilangan ini untuk membentuk rumpun baru tipe pedaging yang dapat beradaptasi di Indonesia yang disebut dengan Itik Gunsi PKC,” ungkap Hendra.

Ia menerangkan, saat ini PT. PPG juga sedang menyiapkan target produksi untuk tahun 2022 sebanyak satu juta ekor per bulan setara Final Stock (FS), berikutnya tahun 2023 ditargetkan sebanyak 2 juta ekor.

Sebagai informasi, PT. PPG juga telah mengembangkan itik di tujuh farm yang berlokasi Jawa Barat (4 farm di kecamatan Gunung Sindur dan tiga farm di kecamatan Rumpin) dan mampu mendistribusikan ke 10 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimatan Timur dan Sulawesi Selatan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya