Liputan6.com, Jakarta - Menukik tajam. Dalam 3 menit, pesawat China Eastern Airlines meluncur dari ketinggian 29.100 kaki (8.870 meter) menjadi 3.225 kaki (982 meter). Pesawat pun jatuh dan terbakar.
Boeing 737-800 itu membawa 132 orang, terdiri dari 123 penumpang dan 9 awak kabin. Kecelakaan mulai diketahui ketika media lokal melaporkan penerbangan China Eastern Airlines MU5735 tidak tiba seperti yang direncanakan di Guangzhou, setelah lepas landas dari Kunming tak lama setelah pukul 13.00 waktu setempat, Senin 21 Maret 2022.
Burung besi itu hilang dari radar setelah terbang lebih dari satu jam. Situs web pelacakan penerbangan FlightRadar24, tidak menunjukkan data penerbangan MU5735 setelah pukul 14.22 waktu setempat.
Video amatir memperlihatkan pesawat jatuh di pegunungan dekat desa Molang, daerah otonomi Guangxi pada pukul 14.38 waktu setempat. Kepulan asap putih terlihat membubung dan dilaporkan hutan di gunung tersebut terbakar.
Advertisement
"Saya mendengar deru pesawat di sisi lain bukit. Sedetik kemudian, terjadi ledakan," kata seorang pekerja di dekat lokasi kecelakaan, seperti dilansir Xinhua, Selasa (22/3/2022).
Seorang penduduk desa, Chen Weihao sedang bekerja di sebuah peternakan ketika dia melihat pesawat itu menukik. "Pesawat tampak utuh ketika menukik. Dalam hitungan detik, jatuh," kata Chen, yang menambahkan bahwa lokasi kecelakaan adalah celah di gunung di mana tidak ada penduduk yang tinggal.
Api dari kecelakaan pesawat itu kini telah padam dan operasi penyelamatan sedang berlangsung, kata Chen Jie, seorang pejabat dari departemen manajemen darurat regional.
Pemadam kebakaran Wuzhou telah mengirim 117 petugas pemadam kebakaran dengan 23 truk pemadam kebakaran ke lokasi. Lebih lanjut 538 petugas pemadam kebakaran dari bagian lain Guangxi telah dikirim untuk bergabung dengan upaya penyelamatan, kata departemen pemadam kebakaran regional di akun Weibo-nya.
Provinsi tetangga, Guangdong, juga mengirimkan 505 petugas pemadam kebakaran dan 97 kendaraan untuk membantu operasi penyelamatan, dengan kelompok pertama sudah berada di lokasi.
"Ada beberapa puing pesawat di celah di gunung itu," kata seorang petugas penyelamat di lokasi kecelakaan kepada Xinhua. "Ada potongan sayap, salah satunya sekitar 2 atau 3 meter. Ada puing-puing lainnya, mungkin ada potongan pakaian."
Penduduk desa Shi Fuxiong mengatakan dia melihat lubang besar di lokasi kecelakaan dan pohon-pohon di sekitarnya dalam jarak puluhan meter telah rata dengan tanah. "Ada banyak puing-puing kecil dari pesawat dan bagasi, tetapi tidak ada puing-puing besar."
Meski puing-puing pesawat China Eastern Airlines telah ditemukan, namun belum ada penumpang pesawat jatuh tersebut yang terdeteksi saat pencarian berlanjut pada Selasa (22/3/2022).
"Puing-puing pesawat ditemukan di tempat kejadian, tetapi sampai sekarang, tidak ada satu pun dari mereka yang kehilangan kontak telah ditemukan," kata penyiar CCTV, lebih dari 18 jam setelah kecelakaan itu, seperti dikutip dari laman Channel News Asia.
Laporan itu mengatakan, drone dan pencarian manual akan digunakan untuk mencoba menemukan kotak hitam, yang menyimpan data penerbangan dan perekam suara kokpit yang penting untuk investigasi kecelakaan pesawat tersebut.
Menurut Pengamat Penerbangan Alvin Lie, jatuhnya pesawat China Eastern Airlines itu tidak lazim. "Sangat aneh. Pesawat sedang dalam ketinggian jelajah 29 ribu kaki mendadak menukik. Sangat tidak lazim," ujarnya ketika dihubungi Liputan6.com, Selasa (22/3/2022).
Ia menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Pertama, adanya masalah dengan elevator. Elevator adalah sirip pada ekor yang bentuknya horizontal, dan yang mengatur pesawat itu mendongak atau menukik.
Kedua, sambungnya, pesawat mungkin mengalami kerusakan pada sayapnya. "Ada sayap yang patah sehingga pesawat tidak bisa terbang lagi, karena yang menerbangkan pesawat itu adalah sayap."
Ketiga, kemungkinan tindakan orang yang mengendalikan pesawat tersebut. "Ini bisa sengaja, bisa tidak sengaja sehingga pesawat tersebut menukik," imbuhnya.
Alvin menilai, jatuhnya pesawat tersebut kemungkinan besar tidak hanya dikarenakan adanya kerusakan mesin. "Kalau hanya kerusakan mesin tidak sampai begitu. Pesawat masih bisa melayang."
Ia juga menyampaikan data bahwa dari statistik kecelakaan pesawat dalam fase jelajah atau enroute, hanya sekitar 7% dari seluruh kecelakaan dalam 20 tahun terakhir. Sementara, rasio tertinggi kecelakaan terjadi dalam fase pendaratan yakni sekitar 58%.
"Saya tidak mengatakan ini yang menyebabkan kecelakaan tersebut karena kita belum mempunyai informasi yang lebih lengkap lagi, jadi saya tidak bisa menduga penyebabnya," ungkapnya sambil menegaskan bahwa ia hanya mengungkapkan kemungkinan penyebabnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saham Boeing Tergelincir
Saham produsen pesawat Amerika Serikat (AS) Boeing Co dan pemasoknya merosot pada Senin, 21 Maret 2022. Saham Boeing tergelincir setelah pesawat 737-800 China Eastern Airlines dengan 132 orang di dalamnya jatuh di pegunungan China Selatan.
Saham Boeing turun 4,5 persen pada awal perdagangan. Saham Boeing ditutup merosot 3,6 persen ke posisi USD 185,90 dan bebani indeks Dow Jones. Sementara itu, saham ADR maskapai China Eastern Airlines yang terdaftar di AS susut sekitar 9 persen.
Selain itu, mesin CFM yang dibuat oleh perusahaan patungan antara General Electric Co dan Safran SA Prancis berdampak terhadap harga sahamnya. Saham GE turun sekitar 1 persen, dan Safran yang terdaftar di Prancis melemah 3 persen.
Pemasok suku cadang Spirit AeroSysstems Holdings Inc, Hexcel Corp dan Triumph Group Inc melemah antara 1 persen dan 4 persen.
Analis CFRA Research Colin Scarola mengatakan, kecelakaan itu seharusnya tidak secara teknis berdampak pada sertifikasi ulang MAX di China . Yang sebelumnya dilarang setelah terbang selama tiga tahun setelah dua kecelakaan fatal di Indonesia dan Ethiopia.
Namun, ia tidak mengesampingkan negara dapat menggunakan kecelakaan itu sebagai alasan untuk menunda persetujuan. "China kemungkinan tidak akan mengakui ini yang mereka lakukan. Tapi kami yakin itu bisa terjadi," ujar Scarola.
Sementara itu, saham China Eastern Airlines melemah pada perdagangan Selasa (22/3/2022) di bursa saham Hong Kong setelah pesawat Boeing 737 jatuh di China Selatan pada Senin, 21 Maret 2022.
Pada perdagangan Selasa pagi, saham China Eastern Airlines di Hong Kong merosot 6,18 persen. Saham China Eastern Airlines turun 6,15 persen ke posisi 5,34 yuan, seperti dilaporkan CNBC.
Sedangkan saham ADR maskapai China Eastern Airlines Corporation Limited (CEA), turun lebih dari enam persen ke posisi USD 17,81 di Amerika Serikat pada Senin pagi, 21 Maret 2022.
China Eastern Airlines Co Ltd merupakan salah satu dari tiga maskapai besar di China. China Eastern Airlines juga terdaftar di bursa saham New York, Hong Kong dan Shanghai.
Usai kecelakaan terjadi, China Eastern Airlines dilaporkan mengandangkan seluruh pesawat Boeing 737-800 miliknya. Informasi itu berasal dari sejumlah sumber media pemerintah China, Global Times.
Pesawat Boeing 737-800 tersebut baru dioperasikan selama 6,5 tahun. Pesawat dikirim ke maskapai pada 2015.
Federal Administration Aviation (FAA) di Amerika Serikat mengaku telah memantau kecelakaan pesawat China Eastern Airlines ini.
Advertisement
Daftar 22 Kecelakaan Boeing 737-800
Sebelum kecelakaan pesawat di Guangxi China pada Senin 21 Maret 2022, model Boeing 737-800 pernah terlibat dalam 22 kecelakaan, menurut Aviation Safety Network (ASN).
10 di antara insiden itu fatal, menurut database ASN, dengan kecelakaan fatal pertama yang tercatat terjadi pada September 2006 ketika sebuah Boeing 737-800 berusia 18 hari bertabrakan di udara di Brasil, menewaskan 154 orang.
Dalam laporan CGTN, Selasa (22/3/2022), kecelakaan juga terjadi pada Agustus 2020 ketika sebuah penerbangan Air India Express tergelincir dari landasan pacu di Bandara Kozhikode-Calicut di India, menewaskan 21 orang.
Berikut adalah daftar semua kecelakaan yang melibatkan model Boeing 737-800, salah satunya ada di Indonesia:
- 29 September 2006, GOL Airlines, Dekat Peixoto Azevedo, Brasil, 154 orang tewas.
- 5 Mei 2007 Kenya Airways, Dekat Bandara Douala Kamerun, 114 orang tewas
- 20 Agustus 2007, China Airlines, Bandara Okinawa-Naha, Jepang, tak ada korban tewas
- 10 November 2008, Ryanair, Bandara Roma-Ciampino,Italia, tak ada korban tewas
- 25 Februari 2009, Turkish Airlines, Dekat Bandara Internasional Amsterdam-Schiphol, 9 orang tewas
- 22 Desember 2009, American Airlines, Bandara Internasional Kingston-Norman manley, tak ada korban tewas
- 25 Januari 2010, Ethiopian Airlines. Dekat Bandara Internasional Beirut Lebanon, 90 orang tewas
- 22 Mei 2010, Air India Expressm Bandara Mangalore-Bajpe India, 158 orang tewas
- 30 Juli 2011 Caribbean Airlines, Bandara Internasional Georgetown-Cheddi Jagan, tak ada korban tewas
- 14 Oktober 2012 Corendon Airlines, Bandara Antalya, Turki, tak ada korban tewas
- 13 April 2012 Lion Air, Bandara Internasional Denpasar-Ngurah Rai Bali Indonesia, tak ada korban tewas
- 19 Maret 2016, Flydubai, Bandara Rostov, Rusia, 62 orang tewas
- 13 Januari 2018, Pegasus Airlines, Trabzon Airport Turki, tak ada korban tewas
- 16 Agustus 2018, Xiamen Airlines, Bandara Internasional Manila-Ninoy Aquino, tak ada korban tewas
- 1 September 2018, Utair, Bandara Adler/Sochi, Rusia, tak ada korban tewas
- 3 Mei 2019, Miami Air Internatinal, Jacksonville Naval Air Station Amerika Serikat, tak ada korban tewas
- 1 Juli 2019, SpiceJet, Mumbai-Chhatrapati Shivaji International Airport India, tak ada korban tewas
- 21 November 2019, Turkish Airlines, Odessa-Central Airport Ukraina, tak ada kkorban tewas
- 8 Januari 2020 Ukraine Internasional Airlines, Dekat Sabashahr Iran, 176 orang tewas
- 5 Februari 2020, Pegasus Airlines, Istanbul Sabiha Gokcen International Airpor, Turki, 3 korban tewas
- 7 Agustus 2010, Air India Express, Kozhikode-Calicut Airport India, 21 orang tewas
- 21 Maret 2022, China Eastern Airline, Tengxian County China, belumelum diketahui jumlah korban
Menurut daftar tersebut, satu di antara kecelakaan pesawat tersebut ada di Indonesia yakni pada 13 April 2012. Saat itu pesawat maskapai Lion Air jatuh di Bandara Internasional Denpasar-Ngurah Rai Bali Indonesia, tak ada korban tewas.
8 Fakta di Balik Jatuhnya Pesawat China Eastern Airlines
Pesawat maskapai China Eastern Airlines dengan tipe Boeing 737-800 telah mengalami kecelakaan hebat di Pegunungan Guangxi.
Hingga kini, tim penyelidikan telah menemukan puing-puing badan pesawat namun tidak menemukan adanya korban para penumpang pesawat.
Kendati demikian, Presiden China Xi Jinping memerintahkan adanya penyelidikan besar-besaran terkait insiden kecelakaan maut ini.
Berikut adalah sejumlah fakta soal jatuhnya pesawat Boeing 737-800, yang selama ini dianggap paling aman di dunia:
1. Menukik Tajam 8 Ribu Meter dalam 3 Menit
Kecelakaan pesawat terjadi di China. Pesawat Boeing 737 milik China Eastern Airlines jatuh di Daerah Otonomi Guangxi pada Senin (21/3/2022) sore.
Pesawat yang membawa 132 orang itu mulai diketahui hilang ketika media lokal melaporkan penerbangan China Eastern MU5735 tidak tiba seperti yang direncanakan di Guangzhou, setelah lepas landas dari Kunming tak lama setelah pukul 13.00 waktu setempat, seperti dilansir Aljazeera.
Situs web pelacakan penerbangan FlightRadar24, tidak menunjukkan data penerbangan setelah pukul 14.22 waktu setempat. Pelacak menunjukkan pesawat turun tajam dari ketinggian 29.100 kaki (8.870 meter) menjadi 3.225 kaki (982 meter) atau menukik sekitar 8 ribu meter dalam tiga menit, sebelum informasi penerbangan dihentikan.
2. Kecelakaan Terparah Pertama di Tiongkok Sejak 2010
Menurut Aviation Safety Network, jatuhnya pesawat China Eastern Airlines ini merupakan kecelakaan penerbangan pertama di Tiongkok yang fatal dalam 10 tahun terakhir.
Kecelakaan pesawat terakhir di China terjadi pada 2010. Kala itu, 44 dari 96 orang di dalamnya tewas ketika jet regional Embraer E-190 yang diterbangkan Henan Airlines jatuh, saat mendekati bandara Yichun dalam jarak pandang rendah.
3. Kecelakaan Fatal Pertama Maskapai China Eastern Airlines
Catatan keselamatan maskapai penerbangan China telah menjadi yang terbaik di dunia selama satu dekade. Namun, catatan itu dinilai kurang transparan dibandingkan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia di mana regulator merilis laporan rinci tentang insiden non-fatal.
Menurut Aviation Safety Network, kecelakaan pesawat yang fatal terakhir di China terjadi pada 2010, ketika 44 dari 96 orang di dalamnya tewas ketika sebuah jet regional Embraer E-190 yang diterbangkan oleh Henan Airlines jatuh saat mendekati bandara Yichun.
Pada tahun 1994, sebuah pesawat China Northwest Airlines Tupolev Tu-154 jatuh dalam perjalanan dari Xian ke Guangzhou, menewaskan semua 160 orang di dalamnya dalam bencana udara terburuk yang pernah terjadi di China, menurut Aviation Safety Network.
4. Tak Ada Korban WNI
China Eastern menyebut bahwa tidak ada orang asing dalam penerbangan itu. Pesawat berangkat dari Bandara Kunming di Provinsi Yunnan menuju kota Guangzhou.
Pesawat yang jatuh itu adalah Boeing 737-800. Pihak Boeing dan China Eastern Airlines telah memberikan ucapan duka cita.
Pemerintah China telah meminta agar pihak berwenang berupaya semaksimal untuk mencari korban jiwa. Pesawat Boeing 737-800 juga telah dikandangkan oleh pihak maskapai China Eastern Airlines sementara investigasi berlangsung.
5. Pesawat Baru Berumur 6 Tahun
Data Flightradar24 mengungkapkan, pesawat Boeing 737-800 itu berusia enam tahun.
Dalam sebuah pengumuman online, Civil Aviation Administration of China (CAAC) mengatakan bahwa penerbangan Boeing 737 "hilang kontak udara di kota Wuzhou" di wilayah Guangxi.
"Saat ini, telah dikonfirmasi bahwa penerbangan ini jatuh," terang CAAC.
Badan itu menambahkan, pihaknya telah mengaktifkan mekanisme darurat dan mengirim tim ke lokasi kejadian.
6. China Eastern Airlines Kandangkan Seluruh Boeing 737-800
China Eastern Airlines dilaporkan mengandangkan seluruh pesawat Boeing 737-800 miliknya. Keputusan diambil usai kecelakaan pesawat maskapai tersebut yang jatuh dan terbakar pada Senin (21/3/2022).
Informasi itu berasal dari sejumlah sumber media pemerintah China, Global Times.
Pesawat Boeing 737-800 milik China Eastern Airlines terjatuh dan terbakar di area pegunungan Guangxi Zhuang Autonomous Region. Pesawat berangkat dari bandara Kunming Changshui di Provinsi Yunnan menuju Guangzhou.
7. Situs China Eastern Airlines Berubah Jadi Hitam Putih
Setelah insiden kecelakaan pesawat Boeing 737 milik China Eastern Airlines yang membawa 132 orang, yang jatuh di pegunungan pada Senin (21/3/2021), situs web resmi maskapai itu berubah menjadi hitam dan putih.
Langkah ini diketahui dilakukan perusahaan sebagai bentuk penghormatan kepada para korban dalam kecelakaan tersebut.
"Situs web China Eastern Airlines ditampilkan dalam warna hitam dan putih. Ini dilakukan maskapai sebagai tanggapan atas kecelakaan sebagai tanda penghormatan kepada para korban," demikian sebagaimana dilansir AFP, Senin (21/3/2022).
8. Sebabkan Kebakaran Hutan
Pesawat China Eastern Airlines jatuh di Daerah Otonomi Guangxi pada Senin (21/3/2022) sore. Kecelakaan pesawat itu menyebabkan kebakaran hutan di perbukitan Kabupaten Tengxian, sementara 132 orang dalam pesawat belum diketahui nasibnya.
Pesawat Boeing 737 yang bertolak dari Kunming di Provinsi Yunnan menuju Guangzhou di Provinsi Guangdong tersebut mengangkut 132 orang yang terdiri dari 123 penumpang dan sembilan awak kabin, bukan 133 orang seperti diberitakan sebelumnya, demikian pernyataan departemen kegawatdaruratan Guangxi.
Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) belum bisa memberikan keterangan mengenai nasib 132 orang yang berada di dalam pesawat bernomor penerbangan MU-5735 itu. Pesawat tersebut bertolak dari Bandara Internasional Changshui, Kunming, pada pukul 13.15 waktu setempat (12.15 WIB).
Advertisement