Jejak Bisnis Miliarder Rusia Roman Abramovich, dari Pemilik Chelsea hingga Harta Kena Sita

Mengenal sosok miliarder Rusia sekaligus mantan pemilik klub sepak bola Chelsea, Roman Abramovich.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Mar 2022, 21:43 WIB
Gelar Piala Liga Inggris musim 2005 menjadi trofi pertama Chelsea di bawah kepemimpinan Roman Abramovich. Mereka menyabet tiga Piala Liga Inggris pada tahun 2005, 2007 dan 2015. (AFP/Ben Stansall)

Liputan6.com, Jakarta - Sosok Roman Abramovich secara luas dikenal sebagai mantan pemilik klub sepak bola ternama Inggris, Chelsea

Setelah resmi menjual klub tersebut, miliarder ini menghadapi serangkaian sanksi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam respon terhadap invasi Rusia di Ukraina.

Sanksi yang dihadapi Abramovich termasuk pembekuan aset, dan penyitaan sejumlah propertinya yang berlokasi di negara Barat.

Di samping sanksi ekonomi yang membebaninya, miliarder kelahiran Rusia tahun 1966 ini memiliki perjalanan karir yang unik.

Dilansir dari The Guardian, Rabu (23/3/2022) Abramovich kehilangan kedua orang tuanya pada saat ia masih berusia tiga tahun. Setelah orang tuanya meninggal, dia dibesarkan oleh kerabatnya di republik Komi, wilayah utara Rusia yang dingin.

Setelah bergabung di militer dalam periode singkat, Abramovich belajar sebagai insinyur, dan mekanik menjadi pekerjaan pertamanya.

Pada periode perestroika Rusia, ketika liberalisasi ekonomi memungkinkan usaha kecil, Abramovich menjalankan bisnis mainan anak-anak, yang terkenal menjual produk mainan bebek plastik dari apartemennya di Moskow.

Kemudian setelah Uni Soviet runtuh,  Abramovich meningkatkan usahanya dalam perdagangan dan transportasi minyak dan produk industri lainnya.

Sebuah catatan pengadilan menunjukkan bahwa, pada saat pertemuan transformasional pertamanya dengan Berezovsky, di sebuah kapal pesiar Karibia pada Desember 1994, Abramovich dikenal sebagai "seorang pengusaha yang cukup sukses".


Jejak Roman Abramovich di Perusahaan Minyak Rusia

1. Roman Abramovich - Pemilik Chelsea ini menolak keinginan Mourinho untuk memboyong bek baru, John Stones. Akibatnya terbukti lini belakang The Blues tampil mengecewakan musim ini. (AFP/Carl Court)

Perusahaan minyak Rusia, Sibneft, menjadi salah satu perusahaan yang berkontribusi pada pengumpulan kekayaan Abramovich. 

Ketika Sibneft dibentuk, yang pembentukan dan penjualannya ke Abramovich berpartisipasi dengan menyumbangkan idenya dan saran kepada Boris Berezovsky.

Boris Berezovsky, yang dikenal sebagai pengusaha otomotif, dan politisi, pernah menjadi mitra bisnis yang ideal untuk Abramovich.

Berezovsky mengusulkan ide Abramovich kepada Presiden Rusia pada saat itu, Boris Yeltsin - menggabungkan produsen minyak mentah dengan kilang, dan menyerahkan kendali bisnis yang diperbesar kepada Abramovich dan Berezovsky.

Sebagai gantinya, Berezovsky menjanjikan penggunaan pendapatan dari perusahaan minyak baru untuk mendanai stasiun TV, dan menyiarkan propaganda pro-Yeltsin.

Yeltsin kemudian membentuk Sibneft melalui dekrit pada Agustus 1995, ketika Abramovich masih berusia 29 tahun.

Kemudian, menurut catatan pengadilan setempat, perusahaan minyak tersebut dijual ke Abramovich dalam serangkaian lelang yang harganya dalam beberapa kasus disebutkan telah dicurangi.

Pada saat itu, Abramovich membeli 90 persen saham Sibneft dengan harga sekitar USD 240 juta, namun hanya menggunakan $USD 8,8 juta dari modalnya sendiri.

Menurut catatan, Abramovich mendapatkan keuntungan lainnya dari industri aluminium Rusia, dan pada 2003 dia menjual 25 persen saham di perusahaan aluminium RusAl ke oligarki lain, Oleg Deripaska, seharga USD 1,9 miliar. Di Tahun yang sama, Abramovich membeli klub sepak bola Chelsea.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya