Dana Kelurahan di Bali Jadi Korban Investasi Bodong, Bukan Untung Malah Buntung

Dewan Komisioner APLI Roy Tanani mengatakan, investasi robot trading menggunakan skema ponzi mampu meraup keuntungan besar dalam waktu yang singkat

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mar 2022, 17:30 WIB
Ilustrasi Investasi Bodong (Arfandi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) mengadu ke DPR terkait semakin maraknya kasus penipuan investasi yang berkedok robot trading melalui distribusi penjualan langsung atau dijual secara berjenjang atau member get member. Robot trading ini disebut menggunakan skema ponzi.

Dewan Komisioner APLI Roy Tanani mengatakan, investasi bodong robot trading menggunakan skema ponzi mampu meraup keuntungan besar dalam waktu yang singkat. Dia mengatakan, perusahaan penyedia layanan robot trading mampu meraup Rp50 triliun dalam beberapa bulan.

"Perusahaan money game itu (pendapatan) bisa mencapai Rp50 triliun dalam beberapa bulan saja," kata Roy dalam rapat dengan DPR, Jakarta, Selasa (22/3/2022).

Roy melanjutkan, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan Multi Level Marketing (MLM) dibawah naungan APLI. Di mana, seluruh perusahan di bawah apli tidak menggunakan skema ponzi, namun keuntungan yang didapat lebih kecil yaitu sebesar Rp11 triliun per tahun.

 

Ilustrasi investasi Bodong (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Dana Kelurahan

Kondisi miris lainnya adalah, ada sebuah wilayah di Bali yang mengalokasikan dana daerah untuk trading dengan harapan akan bertambah. Namun akhirnya dana tersebut hilang saat diinvestasikan ke dalam robot trading skema ponzi.

"Bahkan yang saya prihatin di Bali, kelurahan nya, uang dana pemerintahnya dipakai buat trading dengan harapan berkembang, ternyata hilang. Ini harapan kita bahwa, bahanya skema ponzi kalau tidak dihentikan, tidak dibuat aturan lebih keras segera, ini bisa merusak negara," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya