Simak Hoaks Seputar Vaksin Sebabkan Penularan Covid-19

Berikut kumpulan hoaks seputar vaksin menjadi penyebab penularan Covid-19.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Mar 2022, 10:42 WIB
Ilustrasi hoax. (via: istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Informasi vaksin menjadi penyebab penularan Covid-19 beredar di media sosial, kabar tersebut menimbulkan keresahan di tengah upaya meningkatkan kekebalan terhadap penularan penyakit tersebut.

Cek Fakta Liputan6.com pun telaj menelusuri sejumlah informasi seputar vaksin menjadi penyebab penularan Covid-19, hasilnya sebagian kabar tersebut terbukti hoaks.

Berikut kumpulan hoaks seputar vaksin menjadi penyebab penularan Covid-19.

1. Vaksin Covid-19 Sebabkan Mutasi Varian Covid-19

Beredar kembali di media sosial dan aplikasi percakapan postingan terkait vaksin covid-19 yang disebut telah bermutasi menjadi ribuan varian covid-19. Postingan itu kembali diedarkan sejak tengah pekan ini.

Salah satu akun ada yang mengunggahnya kembali di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 24 Februari 2022.

Berikut isi postingannya:

"Mohon yg sdh divaksin baca betul informasi ini, berita dari Univ. Brawijaya.......👍👍

JAGA DIRI agar IMUNITAS tubuh kita tetap TINGGI

Hanya dg cara ini kita bisa tahan thd serangan Virus Covid-19 yg menempel pada tubuh kita.

Prof. Sutiman Bambang Sumitro adalah seorang peneliti handal yg dimiliki oleh Universitas Brawijaya Malang. Beliau telah meluluskan lebih dari 60 Doktor dlm Bidang Mikrobiologi, reputasinya di Indonesia sdh tdk diragukan lagi.

Kemarin, dlm pertemuan di Rektorat UNIBRAW, Malang. Beliau mengatakan bhw Vaksin Virus Covid-19 nyaris tdk ada gunanya. Saya kaget. Apa pasalnya kok Vaksin menjadi tdk berguna?

Ternyata inilah penyebabnya: Vaksin Covid-19 itu telah bermutasi menjadi ribuan varian Covid-19 baru di seluruh dunia. Beliau bersama anaknya yg ahli IT mengumpulkan data tsb dari seluruh dunia. Di Indonesia sendiri telah ditemukan ratusan varian Covid-19.

Padahal Vaksin adalah Spesifik. Artinya, ia hanya efektif untuk menangkal jenis Virus Covid-19 tertentu saja. Kalau Virusnya sdh bermutasi, maka Antibodi yg dibentuk dari vaksinasi tsb nyaris tdk akan efektif lagi menangkal Virus Covid-19 yg telah bermutasi.

Ini barangkali penjelasan, kenapa ada orang yg pernah terkena Covid-19 lantas sembuh, tetapi ternyata kambuh lagi.

Rekan kami, Rhiza M. Sajad menulis, bhw tetangga beliau, dr. Noer Bahri Noor, sekarang dirawat di rumah sakit krn Covid-19, padahal sebelumnya beliau sdh pernah terkena Covid-19 dan berhasil sembuh. Jadi inveksi Covid-19 dapat berulang.

Beberapa waktu yg lalu juga sempat diberitakan bhw ada seorang perawat yg meninggal dlm kondisi hamil, krn Covid-19. Pdh sebelumnya ia sdh pernah terkena Covid-19 dan sembuh.

Bahkan, salah satu relawan Covid-19 yg disuntik vaksin di Bandung tempo hari, diberitakan positif Covid-19 setelah dia pergi ke Semarang.

Dg semakin banyaknya Mutan dan Varian Covid-19, nyaris sekarang tdk ada lagi yg aman dari Covid-19. Tak ada lagi yg bisa JUMAWA, bhw dirinya KEBAL dari Covid-19.

Jadi apa upaya yg hrs kita tempuh, supaya tdk terkena Covid-19 ???

Jaga diri agar imunitas tubuh Anda tetap bisa tinggi terus. "Sering-seringlah kena paparan sinar matahari, bekerja di terik matahari shg berpeluh-peluh", krn itu adalah exercise yg sangat bagus untuk meningkatkan Imunitas.

Selain itu, "sering-seringlah makan sayur dlm jumlah besar, agar kondisi badan / tubuh kita cenderung Basa (pH 7-14). Banyak sekali sayuran di sekitar kita. Bayam satu ikat cuma Rp. 2000,-Kalau sehari menghabiskan bayam 3 ikat seorang diri, kan cuma keluar Rp. 6000,-. Makan sayur yg banyak juga akan mengurangi volume karbohidrat / nasi putih, shg kita akan lbh sehat.

Keep Heathly 👍🏼🤸🏾‍♂️⛹🏾‍♂️

Pengobatan sederhana unt Covid-19 yg bisa dilakukan di rumah, sebelum ke Dokter adalah:

Pertama, kita hrs tahu bhw batuk bukanlah penyakit utama, juga demam bukan penyakit utama !!! Tetapi itu hanya reaksi tubuh sbg perlawanan atas adanya infeksi, atau lainnya, termasuk sakit tenggorokan.

Kalau kita beli obat flu, isinya adalah pereda nyeri tenggorokan, pereda batuk kering, pereda demam, ada pengencer dahaknya kadang-kadang.

Dari sini kita belajar, untuk penyembuhan flu yg diobati sesuai dg gejala sakitnya.

Katakanlah Covid-19, gejala sakitnya adalah radang tenggorokan, batuk kering, demam, dan sesak nafas. Maka pengobatannya adalah:

1. Istirahat Total. Ini wajib, apapun jenis sakit flu-nya, krn virus hanya bisa dilawan oleh antibodi. Shg hrs benar-benar istirahat smp fit, bukan smp badan terasa enakan. Hrs smp fit, bisa jadi 7 hari istirahatnya.

2. Suplai vitamin dg dosis double. Kalau saya kena flu biasanya minum: - Farmaton Vit 2x sehari- Ester C 1000 mg 2x sehari- Madu 5 sendok- Habbats Cair 5 kapsul, - Zaitun 3 sendok.

3. Jika sesak nafas, krn semua jenis flu yg menyerang manusia memang menyebabkan atau dibarengi dg sesak nafas, apalagi untuk orang yg memang sdh punya asma. Jadi tdk usah heran kalau Covid-19 katanya bikin sesak nafas, krn semua flu memang cenderung begitu.

Nah lanjut lagi, kalau sdh sesak nafas, pengobatan yg mujarab adl dg:1). Alat uap Nebulizer + obat Ventolin cair + cairan infus, bisa dilakukan sendiri di rumah, sangat mdh & tdk berbahaya.2). Diuapi sehari 3x smp hilang sesak nafasnya, biasanya 1-3 hari hilang sesaknya seiring dg semakin membaiknya kondisi tubuh.Jika batuk ada dahaknya, dg diuapi, ikutan sembuh juga batuknya. Masalahnya, dahak akan keluar banyak dan pasti membuat iritasi tenggorokan, shg membuat sakit tenggorokan.

4. Sakit tenggorokan diobati dg Methyl Prednisolon dan pereda nyerinya Asam Mefenamat, biasanya 1 smp 3x minum sdh sembuh.

5. Kalau ada demam, tinggal panasnya diturunkan dg Paracetamol. Perlu diingat bhw demam di sini berhubungan dg infeksi, biasanya infeksi di tenggorokan atau radang tenggorokan. Kalau tidak ada radang tenggorokan, atau tdk parah, biasanya tdk akan demam.

6. Hindari makan buah yg bergetah, spt: melon, nanas, semangka. Makanlah buah jeruk saja, jeruk itu sangat bagus.

7. Selama pengobatan ini, istirahat total dg mengisolasi diri. Tdk usah mikir pekerjaan, tdk usah mikir yg lain-lain, krn cara ini yg akan bantu mempercepat penyembuhan.

💚 "Lindungi diri Anda & keluarga Anda agar tetap aman dari COVID-19" 🙏🏻 JANGAN menyimpan informasi ini hanya untuk diri Anda, berikan kpd semua keluarga dan teman Anda...Semoga bermanfaat"

Lalu benarkah postingan yang menyebut vaksin covid-19 telah bermutasi menjadi ribuan virus baru di seluruh dunia? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini

 

2. Divaksin Lebih Mudah Terinfeksi Virus Mengakibatkan Kematian Korban Covid-19 

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim setelah divaksin lebih mudah terinfeksi virus mengakibatkan kematian korban Covid-19 bertambah, klaim tersebut beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.

Berikut klaim setelah divaksin lebih mudah terinfeksi virus mengakibatkan kematian korban Covid-19 bertambah:

"MENGAPA KORBAN COVID YG TEWAS SEMAKIN BERTAMBAH???

SILAHKAN DISIMAK👇👇

Bagi Bapak/Ibu/Sdr. yang sudah menerima vaksin, ataupun yang baru mau disuntik vaksin Covid-19, ini ada tulisan penjelasan yang mungkin bermanfaat, dan bisa menambah wawasan kita tentang vaksin. Mohon dibaca sampai selesai.

Ada seseorang, setelah menerima vaksin Covid-19, pergi ke Bali, menghadiri acara pesta pernikahan anaknya. Sekembalinya dari acara tersebut, langsung masuk rumah sakit. Tiga hari kemudian, meninggal dunia karena Covid.

Pandangan dan penjelasan dari seorang dokter, dr.Cynthia, perihal kejadian tersebut di atas.

dr.Cynthia :Bagi Bapak/ibu yang sudah menerima vaksin ke-1 (tahap pertama), tidak diperkenankan banyak melakukan aktivitas yang berat-berat. Mereka harus lebih banyak istirahat di rumah, jangan pergi ke mana-mana dulu, karena setelah menerima vaksin, justru akan lebih mudah terinfeksi virus. Imunitas tubuh belum terbentuk sempurna (apapun jenis vaksinnya) pada tahap pertama ini.

Ada beberapa lansia juga di Surabaya yang terkena Covid, karena setelah di-vaksin, mereka tidak mau istirahat. Mereka menganggap, kalau sudah di-vaksin Covid-19 itu aman, sehingga bisa bepergian kemana-mana.

PERLU DIKETAHUI, bahwa antibodi itu terbentuk sempurna, 2 MINGGU SETELAH VAKSIN KEDUA.

Maka dikuatirkan ada ledakan Covid positif pasca Vaksin disebabkan adanya pemahaman yang salah dari banyak orang, bahkan semua orang penerima vaksin.

Tulisan ini dibagikan untuk membantu pengertian bersama, terutama golongan lansia yang tidak begitu mengerti.

● Vaksin ke-1 (Tahap I) ●Setelah disuntik vaksin ke-1, harus menunggu 21 - 28 hari untuk pelaksanaan penerimaan suntik vaksin ke-2.

Mengapa? Karena vaksin ke-1 harus bereaksi dulu dengan tubuh dan mulai membangun sistem kekebalan tubuhnya sendiri.

Ingat ya, bahwa SESUDAH DIVAKSIN TIDAK OTOMATIS LANGSUNG KEBAL.

Dalam masa ini, bila kita dekat-dekat dengan orang yg positif Covid, maka akan TETAP BERBAHAYA, TETAP BISA TERJANGKIT, karena kekebalan anti Covid-nya belum siap. Setidaknya, harus menunggu 21 hari kemudian.

● Vaksin ke-2 (Tahap II) ●Tahap kedua adalah pembangunan sistem imunitas Anti Covid dan sistem ini juga perlu waktu untuk tumbuh dan berkembang, serta menjalin kekebalan dengan antigen yg telah disuntikkan di dalam vaksin pada Tahap I sebelumnya. Hal ini memakan waktu kira-kira 14 - 21 hari, barulah imunitas anti Covid bisa terbentuk aktif.

Jadi, pada masa sebelum 14 hari, pasca atau setelah suntikan ke-2 apabila berdekatan dengan orang yang positif Covid, maka akan TETAP BERBAHAYA, TETAP BISA TERJANGKIT, karena kekebalan anti Covid-nya belum siap.

Jadi bila dihitung-hitung, dari Vaksin ke-1 menuju Vaksin ke-2 hingga kekebalan tubuh itu terbangun, maka para penerima vaksin itu harus menunggu sekitar 2 bulan untuk mereka dinyatakan kebal covid sekitar 85% - 92%.

Jadi, bukannya vaksin itu tidak bagus dan tidak efektif, melainkan karena proses cara bekerja vaksin itu diibaratkan seperti membangun dinding tembok tanggul untuk menahan banjir, sepetak demi sepetak, waktu demi waktu, secara bertahap. Tidak seperti sulap/sihir: Simsalabim langsung kebal setelah disuntik.

Dikhawatirkan banyak yang salah paham dan berlaku salah, seolah-olah merasa diri langsung kebal, yang malah akan menyebabkan pertambahan ledakan kasus Covid. Dan akhirnya akan sia-sialah uang negara yang sudah keluar banyak untuk vaksin, apabila para penerima vaksin tidak patuh dan disiplin dalam mengikuti prosedur S.O.P. yang telah diinformasikan oleh petugas kesehatan terkait. Sedangkan perlu diketahui, bahwa saat ini banyak negara miskin yang tidak mampu untuk membeli vaksin Covid.

Salam Sehat🙏"

Benarkah setelah divaksin lebih mudah terinfeksi virus mengakibatkan kematian korban Covid-19 bertambah? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya