Liputan6.com, Pekanbaru - Pemerintah Provinsi Riau menetapkan siaga karhutla (kebakaran hutan dan lahan) terhitung 21 Maret hingga 30 November nanti. Hal itu berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Riau Syamsuar nomor 653/III/2022.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) stasiun di Pekanbaru, ancaman kebakaran lahan tahun ini lebih besar dari tahun 2020 dan 2021. Pasalnya, tahun ini musim kemarau di Riau bersifat normal.
Baca Juga
Advertisement
"Sifatnya netral atau lebih kering," kata Kepala BMKG Pekanbaru Ramlan, Rabu siang, 23 Maret 2022.
Ramlan menjelaskan, musim kemarau pada tahun 2020 dan 2021 terbantu oleh fenomena La Nina. Hal ini membuat musim kemarau dua tahun sebelumnya lebih basah.
"Sehingga terbantu karena basah," ucap Ramlan.
Tahun ini, tambah Ramlan, musim kemarau di Riau terjadi dua kali. Yang pertama terjadi pada Februari dan sudah berakhir karena Riau hingga April nanti sudah memasuki musim hujan.
Musim kemarau kedua diprakirakan terjadi pada Mei hingga September dan Oktober. Puncaknya terjadi pada Juni dan Juli serta diprakirakan lebih kering sehingga potensi kebakaran lahan Riau cukup besar.
"Kami sudah berkoordinasi dengan BPBD seharusnya siaga karhutla itu ditetapkan pada pertengahan Februari lalu," kata Ramlan.
Hanya saja pada saat itu, hanya satu kabupaten di Riau yang baru menetapkan status siaga, yaitu Kepulauan Meranti. Sedangkan, syarat untuk status siaga provinsi minimal dua kabupaten.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak video pilihan berikut ini:
Puncak Kemarau
Masuknya musim hujan hingga April nanti bukan berarti Riau bisa bebas dari kebakaran lahan. Masih ada beberapa daerah yang kering karena musim hujan belum masuk.
Terkait musim kemarau kedua, Ramlan menyebut tidak terjadi serentak. Daerah yang paling awal adalah Rokan Hulu bagian utara, kemudian Rokan Hilir, Pelalawan, Dumai dan Kepulauan Meranti.
"Pada Juni itu puncak, seluruh daerah sudah masuk musim kemarau," kata Ramlan.
Ramlan menyatakan, penetapan status siaga merupakan langkah antisipatif. Kebakaran lahan bisa cepat tertangani sehingga tidak meluas yang berakibat terjadinya bencana kabut asap.
Di sisi lain, per 23 Maret ini masih terpantau titik panas sebagai indikasi kebakaran lahan. Berdasarkan data dari BMKG Pekanbaru, Riau pada 23 Maret terpantau 6 titik panas. Jumlah itu terdapat di Kabupaten Kampar dan Rokan Hilir.
Pada tahun ini, sudah ada 168,66 hektare lahan terbakar di Riau. Rinciannya, Rokan Hulu 3 hektare, Rokan Hilir 3 hektare, Dumai 5,1 hektare, dan Bengkalis 74,2 hektare.
Kemudian, Kepulauan Meranti 6 hektare, Siak 4,28 hektare, Pekanbaru 3,13 hektare, Kampar 8 hektare, Pelalawan 22,7 hektare, Indragiri Hulu 6,75 hektare, Indragiri Hilir 32,5 hektare. Sementara untuk Kuantan Singingi tercatat masih nihil.
Advertisement