Liputan6.com, Jakarta Penyakit Tuberkulosis (TBC) telah lama mengiringi banyak masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data Global Tuberculosis Report 2021, ada sekitar 9,9 jiwa yang mengalami Tuberkulosis di dunia.
Sedangkan di Indonesia sendiri, pasien Tuberkulosis ada sekitar 824 ribu jiwa. Penyakit yang berdampak pada paru-paru ini pun ternyata memiliki kesulitan penanganannya tersendiri.
Advertisement
Seperti diketahui, pencegahan TBC sebenarnya bisa dilakukan sejak dini yakni dengan melakukan vaksinasi atau imunisasi BCG pada bayi. Namun, untuk dewasa, cara pencegahan satu ini belum tersedia.
Terlebih menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi, pencegahan TBC di Indonesia pun dipengaruhi faktor lainnya, seperti persepsi masyarakat.
"Kesulitan dari TBC ini selain tentunya satu, masih ada stigma bahwa masyarakat kalau menderita penyakit Tuberkulosis itu adalah suatu penyakit yang memalukan," ujar ujar Nadia dalam konferensi pers The 1st G20 Health Working Group (HWG) pada Rabu sore, 23 Maret 2022.
Tak hanya dianggap sebagai penyakit yang memalukan, beberapa masyarakat di Indonesia juga masih percaya bahwa TBC disebabkan guna-guna.
"Kedua, misalkan kalau kemudian TBC itu sampai dengan batuk darah, itu sering dianggap kutukan atau guna-guna. Jadi, persepsi-persepsi yang masih salah dalam masyarakat ini kemudian menjadi penghambat masyarakat untuk mengakses layanan pengobatan," kata Nadia.
Dibahas dalam HWG 1 G20
TBC sendiri menjadi salah satu penyakit yang menjadi bersama di kancah internasional. Mengingat TBC tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan negara-negara lainnya.
Berkaitan dengan hal ini, TBC secara khusus akan dibahas dalam Health Working Group Pertama (HWG 1) G20 di Yogyakarta pada 29-30 Maret 2022.
"Agenda HWG 1 ini secara khusus membahas TBC pada side event pada tanggal 29 sampai dengan 30 Maret yang akan datang," ujar Nadia.
Hal ini dikarenakan TBC ditargetkan untuk selesai ditangani pada 2030 mendatang, khususnya pasca pandemi COVID-19.
Advertisement