Putin Ubah Bayaran Gas Rusia Pakai Rubel bagi Negara yang Dianggap Tidak Bersahabat

Bank sentral Rusia memiliki waktu sepekan untuk mengubah bagaimana mengalihkan pembayaran gas dengan mata uang Rusia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Mar 2022, 11:25 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menyusul serangkaian sanksi ekonomi atas perang di Ukraina, Rusia mengumumkan akan meminta pembayaran dengan mata uang rubel untuk pembelian gas mereka oleh negara-negara yang dianggap "tidak ramah".

Pengumuman perihal pembayaran harga gas itu disampaikan oleh Presiden Vladimir Putin, dalam sebuah pertemuan pemerintah yang disiarkan di televisi lokal Rusia.

"Rusia akan terus, tentu saja, untuk memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga ... tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya," kata Putin, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (24/3/2022).

"Perubahan hanya akan mempengaruhi mata uang pembayaran, yang akan diubah menjadi rubel Rusia," terangnya.

Putin juga mengatakan bahwa pemerintah dan bank sentral Rusia memiliki waktu sepekan untuk menemukan solusi tentang bagaimana mengalihkan pembayaran gas dengan mata uang Rusia. 

Adapun perusahaan besar gas Rusia, yakni Gazprom, yang akan diperintahkan menyesuaikan perubahan itu pada kontrak gas.

Ketergantungan negara-negara Eropa pada gas Rusia dan ekspor lainnya telah menjadi sorotan sejak pecahnya konflik di Ukraina, yang direspon dengan pengenaan sanksi yang mengisolasi Rusia secara ekonomi.


Total Konsumsi Eropa untuk Gas Rusia Capai 40 Persen

Foto yang diabadikan pada 2 Desember 2020 ini menunjukkan Katedral Santo Basil di Moskow, ibu kota Rusia. (Xinhua/Bai Xueqi)

Sebagai informasi, gas Rusia menyumbang sekitar 40 persen dari total konsumsi Eropa. 

Impor gas Eropa dari Rusia berfluktuasi antara 200 juta euro hingga 800 juta euro per hari sepanjang tahun ini.

Kemungkinan perubahan pembayaran gas Rusia dengan mata uang mereka bisa berdampak pada perdagangan - menyebabkan beberapa harga gas grosir Eropa dan Inggris naik sekitar 15 sampai 20 persen.

Dengan bank-bank besar di Eropa yang enggan untuk memperdagangkan aset mereka di Rusia, beberapa pembeli gas besar Rusia di kawasan itu belum bisa mengklarifikasi bagaimana mereka akan membayar untuk pembelian gas ke depannya.

"Saat ini, kami belum ingin berkomentar. Kami akan menghubungi setelah kami membentuk opini," kata seorang juru bicara perusahaan energi Jerman, Uniper.


Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya