Citra Holding BUMN Bentukan Erick Thohir Dipertanyakan

Menteri BUMN Erick Thohir terus berkomitmen melakukan efisiensi di perusahaan pelat merah, dengan menggabungkan sejumlah perseroan ke dalam holding BUMN.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 24 Mar 2022, 14:56 WIB
Gedung Kementerian BUMN (dok: Humas KBUMN)

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir terus berkomitmen melakukan efisiensi di perusahaan pelat merah, dengan menggabungkan sejumlah perseroan ke dalam holding BUMN. Tujuannya, agar keberadaan holding membuat BUMN tetap kompetitif dan sehat pasca pandemi Covid-19.

Namun, Director of Brand, Research and Strategy Iconomics Alex Mulya coba mempertanyakan, apakah holding BUMN baru tersebut bisa punya citra yang kuat di hadapan publik.

"Lalu bagaimana citranya? Karena biasanya citra anak perusahaan itu, citra perusahaan BUMN ini sebelum digabung sudah lebih kuat. Ada citra BUMN-nya, ada citra produknya," ujar Alex dalam sesi webinar, Kamis (24/3/2022).

"Nanti begitu digabung jadi holding, bagaimana nih? Apakah brand dari BUMN-nya hilang diganti jadi brand holding? Kalau ada dua BUMN yang mirip, lalu ada dua produk, gimana tuh?" tanyanya.

Alex mendorong Erick Thohir untuk menciptakan image bagus bagi holding BUMN yang telah dan akan dibentuknya. Jika pencitraannya semakin bagus, maka penjualannya bakal semakin lancar juga.

"Kalau citranya bagus, government akan semakin supportif. Kalau citranya enggak bagus, akhirnya government sebagai stakeholder akan semakin banyak intervensi dan enggak kompak antara investor, stakeholder dengan manajemen," tuturnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ekspektasi Publik

Menteri BUMN Erick Thohir dalam seminar 'Grand Design Menuju Generasi Emas 2045: Mengulas Visi Indonesia Maju Presiden Jokowi', di Gedung Auditorium USU, Medan, Minggu (9/1/2022). (Dok BUMN)

Menurut dia, ekspektasi publik terhadap perusahaan BUMN lumayan besar, baik dari sisi komersial maupun sosial. Sisi sosial lebih bersifat pembangunan, public communication. Sementara sisi komersial lebih kepada citra masyarakat terhadap produk buatannya.

"Dengan adanya holding ini ada bagusnya juga. Itu penggabungan dari banyak BUMN yang menyediakan produk sejenis. Itu (tadinya) menciptakan inefisiensi. Produk sama, ngapain disediakan oleh banyak perusahaan," kata Alex.

Begitu pun dari sisi distribusi yang menjadi tidak efisien. Sebab, konsumen kerap bingung untuk membanding-bandingkan dua produk yang terkesan sama dari dua BUMN yang berbeda.

"Jadi holding ini memang kalau bisa menciptakan sinergi dan efisiensi, itu besar sekali manfaatnya," pungkas dia.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya