Liputan6.com, Jakarta Korea Utara dilaporkan telah menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) ketika para pemimpin Barat berkumpul di Brussels untuk pertemuan puncak keamanan.
ICBM yang diduga terbang ke ketinggian 6.000 kilometer (3.728 mil) dengan kemampuan jarak 1.080 kilometer (671 mil) dengan waktu 71 menit sebelum jatuh di perairan lepas pantai barat Jepang pada Kamis (24/3), menurut Kementerian Pertahanan Jepang.
Baca Juga
Advertisement
Peluncuran pada Kamis adalah yang ke-11 tahun ini oleh Korea Utara, termasuk satu pada tanggal 16 Maret yang dianggap gagal, demikian dikutip dari laman CNN, Kamis (24/3/2022).
Analis mengatakan, uji coba itu bisa menjadi rudal jarak jauh yang pernah ditembakkan oleh Korea Utara, melebihi peluncuran ICBM terakhirnya pada November 2017.
Wakil Menteri Pertahanan Jepang Makoto Oniki mengatakan kepada wartawan bahwa ketinggian rudal menunjukkan bahwa itu adalah "jenis baru ICBM," tanda potensial Korea Utara lebih dekat untuk mengembangkan senjata yang mampu menargetkan Amerika Serikat.
AS bergabung dengan sekutu Korea Selatan dan Jepang dalam mengutuk keras peluncuran tersebut dan meminta Korea Utara untuk menahan diri dari tindakan destabilisasi lebih lanjut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tanggapan Korea Selatan
Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat ini berada di Belgia, di mana ia menghadiri KTT G7 bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Pertemuan itu adalah bagian dari serangkaian pertemuan, termasuk KTT NATO yang luar biasa, ketika para pemimpin Barat berusaha untuk menyelaraskan tanggapan mereka terhadap invasi brutal Rusia ke Ukraina.
Pertemuan Dewan Eropa juga berlangsung Kamis.Menurut para analis, serentetan uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini menunjukkan bahwa pemimpin negara itu, Kim Jong-un, sedang berusaha menunjukkan posisinya kepada dunia.
Menanggapi dugaan uji ICBM, militer Korea Selatan meluncurkan beberapa rudal peringatan untuk pertama kalinya sejak 2017, kata Kepala Staf Gabungan (JCS) dalam sebuah teks yang dikirim kepada wartawan.
"Militer kami memantau pergerakan militer Korea Utara dan telah mengkonfirmasi bahwa kami memiliki kemampuan dan postur untuk secara akurat menyerang lokasi asal peluncuran rudal dan fasilitas komando serta dukungan setiap kali Korea Utara meluncurkan rudal," kata JCS.
Advertisement