Liputan6.com, New York - Perusahaan-perusahaan di wall street menaikkan bonus tahunan sehingga tembus rekor. Ini dinilai salah satu cara mengalahkan inflasi bagi karyawan.
Rata-rata bonus wall street pada 2021 mencapai rekor tertinggi USD 257.500 atau sekitar Rp 3,69 miliar (asumsi kurs Rp 14.361 per dolar AS) atau naik 20 persen dari USD 213.700 pada 2020. Hal itu berdasarkan perkiraan yang dirilis New York State Comptroller Thomas DiNapoli.
Pembayaran tersebut menjadi kabar baik bagi karyawan di perusahaan sekuritas yang merupakan lima persen dari karyawan sektor swasta di New York City. Namun, gaji mereka menyumbang seperlima dari upah sektor swasta kota, bonus tinggi juga jadi kabar baik untuk pundi-pundi pajak.
Baca Juga
Advertisement
DiNapoli memperkirakan, akibat rekor pembayaran tertinggi pada 2021, kota itu akan raih pendapatan yang melebihi harapan dari pajak penghasilan.
Secara keseluruhan, wall street membayar sekitar USD 45 miliar selama musim bonus pada Desember-Maret. Pembayaran itu naik USD 8 miliar dari total kumpulan bonus tahun lalu.
Kemudian menjadi pertanyaan berapa banyak yang didapatkan dari rata-rata karyawan wall street pada 2021? Mengutip CNN, Jumat (25/3/2022), hal itu berdasarkan perusahaan menyisihkan dana untuk total kompensasi.
Misalnya Goldman Sachs mengatakan mencadangkan USD 17,7 miliar untuk total kompensasi. Kompensasi itu naik 33 persen dari 2020. Ini berarti rata-rata hampir USD 404.000 untuk 43.900 pekerja perusahaan termasuk upah dan bonus.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi 2022
DiNapoli mengaitkan rekor bonus tertinggi dengan lonjakan laba wall street tetapi memberikan peringatan pemulihan ekonomi yang tidak merata dari pandemi dan gejolak geopolitik dapat mendorong bonus 2022 lebih rendah.
“Pasar bergejolak karena pemulihan sektor lain tetap lamban dan tidak merata, dan Rusia mengobarkan perang yang tidak dapat dimaafkan atas kebebasan Ukraina,” kata DiNapoli.
“Di New York, kami tidak akan kembali ke kekuatan ekonomi pra COVID-19 hingga lebih banyak warga New York dan lebih banyak sektor ritel, pariwisata, konstruksi, seni dan lainnya menikmati kesuksesan serupa,”
Berdasarkan studi Oxfam Amerika Serikat, bahkan ketika sektor-sektor tersebut pulih, banyak pekerja AS masih belum bisa mendapatkan bonus enam digit, apalagi pendapatan enam digit.
“Hampir 52 juta pekerja atau hampir sepertiga dari Angkatan kerja nasional berpenghasilan kurang dari USD 15 per jam,” berdasarkan studi tersebut.
Advertisement