Pasar Keuangan Asia Bakal Alami Lonjakan pada 2022

Pengetatan kebijakan The Fed menjadi tantangan yang harus diperhatikan. Namun, Asia masih memiliki ruang kebijakan moneter yang lebih longgar,

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mar 2022, 05:25 WIB
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar keuangan Asia diproyeksikan akan tumbuh positif pada 2022, meskipun dibayangi volatilitas global. Akselerasi pertumbuhan ekonomi Asia akan memberikan peluang. Apalagi didukung juga oleh pertumbuhan laba emiten yang solid, serta valuasi pasar pada level yang relatif atraktif.

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Krizia Maulana mengatakan pasar keuangan Asia termasuk ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand)  akan mengalami lonjakan pertumbuhan yang cukup signifikan. Sebab Asia dianggap memiliki fondasi makroekonomi yang lebih kuat dalam menghadapi pengetatan moneter Amerika Serikat.

Meski pada 2021, ketika pasar finansial global melaju pesat, pertumbuhan pasar finansial Asia cenderung stabil dan tidak sepesat pertumbuhan pasar finansial di Amerika Serikat dan Eropa.  Situasi menjadi berbalik di 2022, ketika pasar Amerika dan Eropa mengalami normalisasi.

"Sebagai produsen penting pada berbagai sektor di dunia, Asia sangat berperan dalam pemulihan rantai pasokan global di tahun 2022. Normalisasi pertumbuhan dan perbaikan rantai pasokan global akan berdampak positif pada sektor manufaktur dan pasar finansial Asia," kata Krizia dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (25/3/2022).

Meski pengetatan kebijakan The Fed  menjadi tantangan yang harus diperhatikan. Namun, Asia masih memiliki ruang kebijakan moneter yang lebih longgar, yang didukung oleh inflasi yang lebih terjaga dan tingkat suku bunga tinggi, sehingga memberi fleksibilitas bagi bank sentral di kawasan Asia.

Asia yang kerap disebut sebagai “pabrik dunia” diuntungkan dari siklus pemulihan ekonomi global pasca pandemi. Misalnya China, sebagai salah satu kawasan penting, China memiliki posisi unik dan mampu menerapkan kebijakan yang berlawanan dengan negara lain.

Di saat mayoritas negara melakukan pengetatan moneter, China justru melakukan pelonggaran moneter.  Sementara itu, ASEAN diprediksi akan mengalami pemulihan ekonomi yang lebih maksimal pada 2022.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Potensi Asia

Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Kawasan Asia Pasifik diyakini memiliki potensi pertumbuhan struktural yang menarik dan pertumbuhan dalam jangka panjangnya juga layak dicermati.  Seiring dengan potensi pertumbuhan di Asia Pasifik, sejumlah sektor unggulan di kawasan ini, yaitu IT, energi terbarukan, dan kendaraan listrik, akan ikut bertumbuh.

"Sektor-sektor ini dipandang memiliki potensi besar di tengah arah kebijakan dunia yang semakin mengadopsi teknologi digital serta energi terbarukan dan kendaraan listrik.  Asia memiliki sejumlah perusahaan yang menjadi market leader dunia dan berperan penting dalam sektor-sektor tersebut," kata dia.

Tidak hanya secara regional, Indonesia sebagai salah satu negara yang diperhitungkan di Asia, juga ikut bertumbuh seiring dengan pertumbuhan pasar finansial Asia.

Di tengah tren normalisasi ekonomi global, Indonesia akan mengalami akselerasi pertumbuhan, seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan meningkatnya vaksinasi. 

"Perekonomian  Indonesia sudah mulai menunjukkan sinyal perbaikan di 2021 di mana pertumbuhan PDB kuartal keempat tahun 2021 tumbuh sebesar 5 persen secara tahunan (year on year/YoY). Momentum pemulihan Indonesia ini diperkirakan masih terus berlanjut dengan akselerasi pertumbuhan di semester kedua tahun 2022," kata dia.

Optimisme pemulihan aktivitas ekonomi, juga adanya fundamental ekonomi yang semakin baik, dan posisi Indonesia sebagai net eksportir komoditas yang memberikan efek lindung nilai dari kenaikan harga komoditas, serta stabilitas nilai tukar rupiah, akan mendorong masuknya aliran dana asing di pasar saham Indonesia.

Di tengah kondisi ini, investor dapat mengembangkan dananya dengan memanfaatkan potensi pertumbuhan di pasar Asia dan Indonesia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya