Liputan6.com, Jakarta - Pelestarian kebaya tiada henti digaungkan oleh beragam pihak, salah satunya Yayasan Kebaya Warisan Indonesia atau Kebaya Foundation. Yayasan ini tak hanya bergerak aktif meningkatkan literasi kebaya pada perempuan dan generasi muda, namun juga mendorong kebaya menjadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
"Untuk masuk ke sana (UNESCO) memang tidak bisa sendirian, seperti Sukarno selalu mengajak kita untuk bergotong royong. Jadi harus sebanyak mungkin perkumpulan sejenis bertujuan sama," kata Ketua Umum Kebaya Foundation Tuti Nusansari Roosdiono saat ditemui di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Kamis, 24 Maret 2022.
Baca Juga
Advertisement
Tuti melanjutkan pihaknya turut menggandeng hampi 200 perkumpulan kebaya di seluruh Indonesia dalam upaya untuk membawa kebaya ke UNESCO. Niatan ini pun telah ia sampaikan kepada Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Hilmar Farid.
"Nanti kita kemudian membuat deklarasi bersama itu, tapi belum sampai terlaksana. Pelan-pelan kita akan kumpulkan wakil saja, kemudian akan mendeklarasikan keinginan ini ke UNESCO," tambahnya.
Dikatakan Tuti, bukan tugas yang mudah untuk mengantarkan kebaya meraih gelar sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Butuh kerja sama dari berbagai pihak untuk mendapat pencapaian tersebut.
"Effort untuk mengumpulkan dari seluruh Nusantara ini tidak mudah, tapi suatu saat harus ketemu sama-sama ke Kemendikbud," terangnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Melestarikan Kebaya
Ketua Kebaya Foundation Perwakilan DKI Jakarta Happy Farida Djarot mengungkapkan salah satu misi utama pihaknya adalah untuk mempopulerkan kebaya lebih luas lagi. Upaya ini ditempuh dengan mengenakan kebaya dalam berbagai kesempatan.
"Kami awali dengan selalu memakai berkebaya, walaupun tidak setiap hari, tapi kami ingin event-event kita memakai kebaya dan juga mengajak sahabat-sahabat, teman-teman dan keluarga kita untuk memakai kebaya," terangnya.
Happy menjelaskan dapat dimulai dengan mengenakan kebaya yang simpel sehingga tak berkesan berat, seperti halnya ke kondangan atau acara resmi. "Tetapi kita bisa memulai memakai kebaya-kebaya yang simpel dengan bahan-bahan yang nyaman," tambahnya.
Advertisement
Gaet Generasi Muda
Happy mengungkapkan, "Ingin ada edukasi, memberi pelatihan kepada perempuan-perempuan terkait cara menjahit, bordir, yang nantinya dia punya karya dan punya income itu juga akan kami lakukan sehingga perempuan bisa berdaya dengan kreativitas."
Untuk lebih menggencarkan pelestarian kebaya, Happy juga nantinya akan menggandeng generasi muda dalam beberapa kegiatan. "Kita akan mengajak anak-anak muda untuk berkolaborasi, komunitas-komunitas muda untuk bisa bersama-sama memakai kebaya di event-event mereka," lanjut Happy.
"Kalau anak-anak muda kita ajak mereka influence-nya lebih mudah karena main di sosial media lebih banyak untuk bisa mempopulerkan kebaya," ungkapnya.
Padu Padan Kebaya
Tuti menjelaskan bahwa kebaya saat ini tak hanya identik dengan busana yang dikenakan untuk ke pesta. "Tapi sudah suatu paket kebaya dan cepol sanggul itu adalah suatu keserasian dan mempunyai makna bahwa orang zaman dulu, tidak dilepas rambutnya," tutur Tuti.
"Anak muda boleh pakai kets, jeans, tapi menurut saya legging diikat pakai kain, tenun, keren sekali. Kebaya juga seperti blus, bisa longgar tidak harus ketat dan mahal," jelasnya.
Advertisement