Liputan6.com, Jakarta Marlee Matlin sejak masih muda sudah memenangkan Academy Award untuk Aktris Terbaik (pada usia 21 tahun, untuk Children of a Lesser God).
Ia adalah satu-satunya orang Tuli yang memenangkan Oscar. $1.000.000 yang ia kumpulkan untuk amal di Celebrity Apprentice adalah yang paling banyak untuk acara TV acara tunggal mana pun. Bahkan, ia pernah mengatakan kepada Donald Trump sesuatu yang ingin dikatakan setiap wanita kepada misoginis terkenal itu, yaitu "Sekarang, tolong berhenti menatap payudaraku."
Advertisement
Tahun lalu, ia meraup empat penghargaan sekaligus untuk filmnya CODA, dari Sundance Film Festival, termasuk Grand Jury Prize dan Audience Award, dan dengan cepat dibeli oleh Apple dengan harga yang tinggi, $25 juta. Film CODA telah ditayangkan di bioskop dan Apple TV+ sejak 13 Agustus 2021.
CODA, yang merupakan singkatan dari “child of deaf adults,” tidak hanya menyenangkan banyak orang, tetapi pasti akan menarik banyak perhatian Oscar.
Disutradarai oleh Sian Heder, film ini menceritakan kisah Rossis, keluarga kelas pekerja yang tuli secara budaya di Gloucester, Massachusetts. Ada Frank (Troy Kotsur) dan putranya Leo (Daniel Durant), yang mengurus perahu nelayan keluarga; Ruby (Emilia Jones), yang menjadi penerjemah mereka; dan Jackie (Matlin), ibu pemimpin yang bahagia yang memegang semuanya bersama-sama. Ketika Ruby, yang merupakan satu-satunya anggota keluarga yang mendengar, didorong oleh guru paduan suara (Eugenio Derbez) untuk mengejar mimpinya menghadiri sekolah musik, ia galau apakah akan tetap setia kepada keluarganya atau mengambil risiko mengasingkan mereka untuk mengejar mimpinya.
“Saya berharap orang-orang akan menyimak film ini dengan pikiran terbuka. Jangan menganggapnya sebagai 'film untuk orang Tuli.' Ini tentang bahasa yang berbeda, sama seperti Anda menonton film apa pun dengan subtitle, dan film ini hadir dengan sejarah yang kaya dan keindahan yang tidak dapat Anda abaikan. Terakhir, karena ini adalah salah satu dari ribuan cerita di komunitas kami yang ingin kami bagikan kepada orang-orang,” kata Matlin.
Kini usianya sudah 55 tahun, dan selama itu pula ia berjuang mati-matian untuk membuat Hollywood menerima cerita tentang komunitas tunarungu.
Menyingkirkan stigma
Atas pencapaiannya ini, ia mengutarakan pendapatnya saat diwawancara Dailybeast. Bahwa ia telah menjalani tahun-tahun yang luar biasa, terutama saat pandemi Covid-19 yang mengubah banyak hal, baik di rumah, sekolah, pekerjaan, atau kesehatan semua orang. Jadi ia merasa bersyukur film CODA selesai tepat sebelum pandemi melanda, meskipun ia akui kesulitan dalam mengikuti alur Virtual Sundance yang benar-benar baru ada.
Namun di saat yang sama, katanya, Sundance cukup akomodatif sehingga mereka mengizinkan presentasi virtual untuk merayakan film dan tidak membiarkan pandemi menghentikan mereka. Mereka merasa bahwa sangat penting untuk menampilkan film untuk ditonton semua orang, karena pembuatan film tidak boleh berhenti, dan orang tidak boleh berhenti mengapresiasi seni film, mengidentifikasi dengan karakter, dan hanya merasa hidup. "Kami cukup beruntung CODA berhasil masuk ke Sundance, dan kemudian memenangkan empat penghargaan, yang belum pernah dilakukan sebelumnya di Sundance, dan bagi Apple untuk membelinya seharga $25 juta, yang belum pernah terjadi sebelumnya di Sundance, kami sampai tak bisa berkata-kata."
Ternyata, awalnya bahkan film CODA yang adalah remake dari film Prancis, La Famille Bélier (yang dikritik karena menggunakan aktor dengar untuk peran tunarungu) juga akan menggunakan aktor dengar untuk peran anggota keluarga tunarungu. Namun Matlin memperjuangkan aktor tunarungu, bahkan sampai mengancam dirinya tidak akan ikut jika melakukannya seperti kemauan sang produser, dan itu berhasil.
Meski demikian suksesnya Matlin, ia mengakui setiap kali ia belajar dari pengalamannya berbisnis, kalau ia tidak bisa melakukannya sendiri, dan artinya ia membutuhkan dukungan dari komunitasnya untuk mewujudkannya. "Aku tidak bisa melakukannya sendiri," katanya.
Adapun saat ia mengikuti acara reality TV Celebrity Apprentice, ia mengatakan hanya berfokus untuk melakukan pertunjukan demi yayasan amalnya, Starkey Foundation. Yayasannya bertujuan memberikan alat bantu dengar gratis kepada orang-orang Tuli di negara-negara berkembang, dan juga di Amerika Serikat.
Matlin hingga kini masih memperjuangkan hak-hak tunarungu sembari mencoba menyingkirkan semua stigma yang ia temui. Tekadnya yang mungin bisa dicontoh untuk banyak orang Tuli adalah untuk bergerak melampaui orang dengar.
Advertisement