Liputan6.com, Bengkulu - Pulau Enggano yang tercatat sebagai pulau terluar Republik Indonesia sebelah barat saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Jalan raya sepanjang lebih dari 20 kilometer yang sebagai satu-satunya akses masyarakat enam desa di pulau itu, saat ini dalam kondisi rusak parah. Sebanyak 4.035 jiwa yang mendiami pulau seluas 397 kilometer persegi tersebut harus berdamai dengan keadaan.
Wista Elisna Dewi (20), mahasiswi asal Desa Kaana yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Kota Bengkulu mengatakan, kondisi jalan di sepanjang Pulau Enggano sudah sangat parah. Terdapat banyak genangan jika sedang hujan. Lumpur yang sudah berbentuk lubang di beberapa sisi bahkan sudah mencapai lebih dari satu meter. Hanya jenis kendaraan tertentu yang bisa melewati jalan tersebut.
"Mirip kubangan kerbau," jelas Wista di Bengkulu, Jumat, 25 Maret 2022.
Baca Juga
Advertisement
Pulau Enggano yang berjarak 156 kilometer atau 90 mil laut dari Ibu Kota Provinsi Bengkulu merupakan satu kecamatan dengan enam desa dan masuk dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Bengkulu Utara. Untuk mencapai pulau tersebut, akses transportasi laut yang melayani masyarakat menuju dan keluar dari Enggano harus melewati Samudra Hindia dengan gelombang yang tinggi dan jarak tempuh lebih dari 12 jam.
Menurut Wista, beberapa kali kapal perintis dan Feri menuju Pulau Enggano tidak bisa berlayar karena kondisi alam yang berat dan kapal yang kadang mengalami kerusakan. Akibatnya masyarakat menjadi korban. Terparah terjadi pada awal tahun 2021 lalu, beberapa minggu, tranportasi laut terhambat, yang mengakibatkan ketersediaan bahan makanan dan bahan bakar terganggu.
"Pemerintah, tolonglah, kami ini juga bagian dari Republik Indonesia," Wista berkeluh.
Simak video pilihan berikut ini:
Proses Belajar Mengajar Terganggu
Kondisi jalan raya di Pulau Enggano yang rusak parah itu berimbas terhadap dunia pendidikan. Proses belajar mengajar tidak bisa berjalan secara normal. Sebab, ratusan pelajar dan tenaga pendidik tingkat SD hingga SLTA harus menempuh medan berat dengan berjalan kaki menuju ke gedung sekolah mereka. Tidak tanggung-tanggung, jarak terjauh dari rumah menuju sekolah bahkan mencapai 20 kilometer.
Kepala SMA Negeri 6 Bengkulu Utara yang berada di Pulau Enggano, Budiman Kauno, saat dihubungi lewat sambungan telepon menjelaskan, ada 8 gedung sekolah yang sudah berdiri di Enggano, 5 di antaranya adalah Sekolah Dasar, 2 SMP dan 1 SMA. Akibat akses jalan yang rusak parah dan berlumpur, para guru dan pelajar terpaksa berjalan kaki menuju dan pulang sekolah.
"Mereka datang kadang harus berganti pakaian dan alas kaki terlebih dahulu sebelum masuk kelas," terang Budiman.
Kedatangan murid ke sekolah juga tidak bersamaan. Murid yang rumahnya lebih dekat dengan lokasi sekolah yang datang terlebih dahulu harus menunggu guru dan temannya datang, baru bisa dimulai proses belajar mengajar. Akibatnya waktu belajar yang seharusnya dimulai jam 7.30 harus molor dan diundur hingga jam 9.00 WIB. Itupun terkadang dengan jumlah murid yang tidak lengkap.
Advertisement
Ratusan Ton Hasil Bumi dan Laut Rusak
Kondisi buruknya jalan raya Pulau Eggano ini juga berimbas kepada sektor ekonomi. Masyarakat yang mayoritas berpenghasilan dari sektor pertanian dan hasil laut merasakan dampak langsung. Dua komoditas unggulan yaitu Pisang dan ikan asin tidak bisa dikirim ke pelabuhan untuk dibawa ke luar pulau.
Camat Enggano Susanto mengatakan, tidak kurang dari 150 ton pisang yang sudah dipanen dan 50 ton ikan asin, saat ini tertahan di rumah warga karena truk pengangkut hasil bumi itu tidak bisa beroperasi dan membawa hasil bumi ke pelabuhan Malakoni maupun Pelabuhan Kahyapu. Khusus pisang, jika diangkut dalam waktu dekat, dipastikan akan rusak dan membusuk. Sedangkan, ikan asin masih bisa diselamatkan dengan memanfaatkan sinar matahari.
"Kualitas dan harga jualnya sudah pasti turun dan ekonomi warga terganggu," terang Susanto.
Salah satu lembaga kemanusiaan yang peduli dengan kondisi masyarakat Enggano, yaitu Aksi cepat tanggap (ACT) turun langsung ke lapangan untuk membantu masyarakat Pulau Enggano, meskipun jalan menuju ke lokasi berlumpur bagaikan kubangan kerbau.
Ketua cabang ACT provinsi Bengkulu Syamsul Fajri Oktario melalui team di lapangan Muhammad Azim Hardianto didampingi anggota RBN (Relawan Bela Negara) Nofriyantoni dan relawan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) Ade mengatakan kegiatan penyerahan paket sembako yang dilaksanakan di antaranya diberikan kepada Da'i Masjid sekecamatan Pulau Enggano.
Bantuan ini disalurkan melalui imam, khatib, dan bilal. ACT juga memberikan bantuan beras untuk para santri di pondok pesantren, pembangunan asrama putri bahkan sumur wakaf lengkap dengan kamar mandi, dan tempat air wudu.
"Medannya sangat berat, tetapi misi ini tetap harus dijalankan," terang Nofriyantoni.