Liputan6.com, Riyadh - Milisi Houthi Yaman pada Jumat (25/3) mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone dan rudal lintas batas baru terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi, serangan ketiga dalam waktu kurang dari seminggu.
"Sejumlah drone bermuatan bom menargetkan kilang minyak di Ras Tanura dan Rabigh, serta fasilitas minyak Aramco di Jazan dan Najran," kata Juru Bicara Militer Houthi Yehya Sarea mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh TV al-Masirah yang dikelola Houthi.
Baca Juga
Advertisement
"Rentetan rudal sayap menargetkan fasilitas minyak Aramco di Jeddah dan ibu kota Saudi, Riyadh," tambahnya, demikian dikutip dari laman Xinhua, Sabtu (26/3/2022).
"Kami juga meluncurkan beberapa rudal balistik ke target penting Saudi lainnya di Jazan, Dhahran Al-Janub, Abha, Khamis Mushait," kata juru bicara Houthi.
Ia bersumpah untuk meluncurkan lebih banyak serangan guna memecahkan blokade yang diberlakukan oleh pasukan koalisi pimpinan Saudi di Arab Saudi.
Untuk saat ini, pelabuhan Yaman di bawah kendali milisi Houthi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
16 Serangan Drone di Fasilitas Minyak Arab Saudi
Sementara itu, sebuah pernyataan dari pasukan koalisi yang dipimpin Saudi mengatakan bahwa "total 16 serangan oleh milisi Houthi yang menghantam fasilitas energi di Arab Saudi dan kami menahan diri untuk membuat konsultasi Yaman sukses," demikian laporan dari Al -Arabiya TV.
Pertemuan itu dijadwalkan akan diadakan di Riyadh minggu depan, mengumpulkan partai-partai politik Yaman untuk membahas solusi politik yang komprehensif guna mengakhiri tujuh tahun perang saudara di negara itu, yang telah ditolak oleh milisi Houthi untuk bergabung.
Awal pekan ini, milisi Houthi meluncurkan dua serangan lain terhadap fasilitas energi yang sama di Arab Saudi, menggunakan rentetan drone dan rudal.
Yaman telah terperosok dalam perang saudara sejak akhir 2014 ketika milisi Houthi yang didukung Iran menguasai beberapa provinsi utara dan memaksa pemerintah Yaman yang didukung Saudi dari Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi keluar dari ibu kota Sanaa.
Koalisi Arab yang dipimpin Saudi melakukan intervensi pada 26 Maret 2015 untuk mendukung pemerintah Yaman.
Advertisement