Earth Hour 2022, Yuk Matikan Lampu Selama Satu Jam Nanti Malam

Earth Hour 2022 juga tentang gerakan solidaritas antara manusia dan Bumi.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Mar 2022, 17:30 WIB
Komunitas sepeda membentuk angka 60 untuk memperingati Earth Hour 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (24/3/2018). Earth Hour 2018 menjadikan Stadion Utama GBK sebagai ikon menyambut Asian Games 2018. (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Liputan6.com, Jakarta - Jangan sampai Anda melewatkan perayaan Earth Hour 2022 malam ini, Sabtu (26/3/2022). Aksi peduli lingkungan ini dilakukan dengan mematikan lampu selama satu jam, yakni pukul 20.30--21.30, waktu setempat.

Earth Hour sendiri merupakan salah satu gerakan akar rumput terbesar untuk lingkungan yang telah diikuti lebih dari 190 negara dan wilayah, serta miliaran orang di dunia. Dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com, baru-baru ini, gerakan ini bermaksud menyatukan kembali jutaan orang di seluruh dunia untuk menunjukkan solidaritas pada manusia dan Bumi.

Secara khusus, Earth Hour tahun ini mengajak orang-orang di seluruh dunia bersatu dalam momen refleksi hubungan antar sesama manusia dan Bumi tercinta. Beberapa ikon nasional, seperti Masjid Raya Baiturrahman Aceh, Islamic Centre di Mataram, dan Monumen Jayandaru Sidoarjo pun akan mengambil bagian dalam momen mematikan lampu secara simbolis tahun ini.

Tindakan ini juga "upaya mengomunikasikan masa depan yang lebih aman, adil, dan berkelanjutan bagi semua orang." Marco Lambertini, Direktur Jenderal WWF International, mengatakan, "Earth Hour 2022 menyerukan pada dunia untuk bersatu dalam momen solidaritas terhadap manusia dan Bumi."

"Kami memahami banyaknya tantangan yang kita hadapi, terutama di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya ini (pandemi COVID-19), namun 2022 tetap jadi tahun yang kritis bagi Bumi, rumah kita bersama," ia menambahkan.

"Tahun ini, dunia akan bersatu menyepakati Perjanjian Paris untuk pelestarian alam. Juga, sekali lagi memberi kesempatan untuk satu dekade ke depan bagi para pemimpin menyepakati rencana dalam mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati dan membangun masa depan yang lebih baik terhadap alam," Lambertini mengatakan.

Selain, pihaknya juga mencatat bahwa untuk membangun masa depan yang selaras dengan alam, dibutuhkan kedamaian antara manusia. Karenanya, Earth Hour tahun ini juga ditandai sebagai momen solidaritas bagi seluruh pihak yang terdampak perang dan konflik di seluruh dunia.

Ia berkata, "Ini adalah kesempatan bagi komunitas di seluruh dunia untuk mengungkap aspirasi mereka, untuk mengambil tindakan positif, serta menyerukan pada dunia di mana manusia dan Bumi dapat berkembang bersama."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Earth Hour di Indonesia

Foto kombinasi menunjukkan landmark Menara Tokyo yang menyala (atas) dan dengan lampu dimatikan (bawah) untuk menandai kampanye Earth Hour di Tokyo (27/3/2021). (AFP/Kazuhiro Nogi)

Sejak pertama diinisiasi pada 2009 sampai tahun lalu, Earth Hour di Indonesia telah didukung pemerintah daerah di 200 kota. Juga, digerakkan oleh tidak kurang dari 1.068 sukarelawan aktif yang tersebar di 30 kota.

Tidak ketinggalan juga dukungan 2 juta orang melalui aktivasi digital. Lalu, pada periode 2014--2021, Komunitas Earth Hour terlibat aktif dalam menginisiasi program konservasi dan telah melakukan transplantasi terumbu karang sebanyak 1.460 pada lima titik lokasi di Bali.


Memberdayakan Anak Muda

Sejumlah warga menyalakan lilin berbentuk 60+ pada peringatan Earth Hour 2018 di Jakarta, Sabtu (24/3). Sebanyak 7 ikon kota Jakarta ikut serta dalam peringatan Earth Hour. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Komunitas Earth Hour juga sudah melalukan pembibitan, serta penanaman mangrove sebanyak 13.110 bibit di enam wilayah, yaitu Bali, Surabaya, Balikpapan, Aceh, Tangerang, dan Serang.

Aditya Bayunanda, Act. CEO Yayasan WWF Indonesia, mengatakan, "Anak muda dengan ide-ide kreatifnya dapat jadi penggerak untuk perlindungan alam, contohnya komunitas Earth Hour."

"Anak muda merupakan ujung tombak penentu masa depan alam Indonesia yang lebih baik. Karena itu, sangat penting bagi kita dalam mendorong lebih banyak lagi gerakan anak muda, khususnya yang memperhatikan kondisi lingkungan," imbuhnya.


Gerakan-Gerakan Positif Lain

Patung Bundaran HI saat lampu dipadamkan pada peringatan Earth Hour 2018 di Jakarta, Sabtu (24/3). Earth Hour dilakukan untuk efisiensi energi yang berdampak pada penanggulangan perubahan iklim. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Lebih lanjut Aditya mengatakan, "Bagaimana pun Bumi kita tengah terancam kelestariannya, penurunan keragaman hayati dunia, dan krisis iklim terjadi akibat aktivitas manusia. Dampaknya pun sudah sangat dirasakan saat ini, seperti cuaca ekstrem, banjir bandang, bahkan pandemi COVID-19."

"Bersama-sama kita berharap bahwa akan ada gerakan-gerakan positif lain dalam mendorong perubahan perilaku manusia dan bagaimana setiap individu dapat berperan dalam menyelamatkan Bumi kita," sambungnya.

Earth Hour tahun ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, seperti duta Earth Hour 2022, Kafin Sulthan; komunitas; lembaga; dan koorporasi seperti Earth Hour Indonesia MING, BCA, AISEC Indonesia, Panda Lestari, Gerakan Pramuka, Saya Pejalan Bijak, Saya Pilih Bumi, B2W Indonesia, The Climate Reality Project Indonesia, Sekolah Murid Merdeka, King of BorneoBand, Journey to Zero, dan Indonesia Sketcher.


Infografis Bumi Makin Panas, Apa Solusinya?

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya