Liputan6.com, Jakarta - Psikolog Ajeng Raviando menyebut, pengelolaan emosi yang baik merupakan salah satu cara mudah menguatkan ikatan orangtua dan anak pada masa pandemi.
Dengan pengelolaan emosi yang baik dimulai dari orangtua ketika mengalami tekanan atau stres, nantinya anak bisa lebih nyaman saat berinteraksi selama proses menjalin ikatan tersebut.
Advertisement
Ajeng mengatakan, angggota keluarga yang lain dapat terdampak saat kita mengalami gangguan kesehatan mental.
"Kadangkala orangtua lupa untuk mengatur stresnya. Sering lupa kalau ketika kita mengalami gangguan kesehatan mental, anggota keluarga yang lain terdampak. Jadi memang perlu ada pengendalian emosi," kata Ajeng, dilansir Antara.
Saat stres, pastikan orangtua dapat mengendalikannya tanpa memengaruhi komunikasi dengan buah hati.
Misalnya, ketika orangtua stres akibat pekerjaan, jangan sampai intonasi suara saat berkomunikasi dengan anak menjadi meninggi.
Hal sebaliknya juga terjadi ketika anak stres, orangtua harus mencari cara agar anak bisa mengendalikan emosi dan menemukan solusinya bersama-sama.
Konflik Ortu dan Anak di Masa Pandemi
Ajeng menyebut, di masa pandemi, tidak sedikit orangtua dan anaknya berkonflik mengenai masalah pelajaran sekolah karena sang anak merasa stres harus belajar terus di rumah tanpa memahami materi.
Ketika kondisi tersebut terjadi, carilah kegiatan yang bisa melepaskan stres untuk dilakukan bersama-sama.
Dengan demikian, selain membantu mengatasi tekanan yang dialami masing-masing pribadi, ikatan antara anak dan orangtua dari melakukan aktvitas bersama bisa juga berjalan ke arah yang positif.
Beberapa ide kegiatan yang bisa dilakukan bersama-sama dengan anak untuk melepaskan stres dan cocok dai masa pandemi diantaranya berjalan mengelilingi komplek rumah atau bisa juga memasak sarapan atau pun makanan untuk keluarga.
Beberapa kegiatan tadi selain berpengaruh baik pada kesehatan mental dan membangun kepercayaan antara ibu dan anak ternyata juga bisa sekaligus menunaikan tugas-tugas rumah yang biasanya hanya dilakukan oleh satu pihak.
"Jadi saat membangun ikatan (bonding) dengan anak, kita bisa memasukkan kegiatan itu tetap kreatif tapi juga produktif meski terbatas di area rumah saja," kata Ajeng.
Advertisement