Liputan6.com, Jakarta - Federal Communications Commission (FCC) Amerika Serikat (AS) memasukkan perusahaan keamanan siber Rusia Kaspersky Lab, ke dalam daftar entitas berisiko bagi keamanan nasional bagi negara itu.
Kaspersky pun menjadi perusahaan Rusia pertama yang masuk daftar, di mana sebelumnya beberapa perusahaan Tiongkok seperti Huawei dan ZTE masuk ke daftar FCC.
Advertisement
Adapun, bisnis di AS dilarang menggunakan subsidi federal yang diberikan melalui Universal Service Fund FCC, untuk membeli produk atau layanan dari perusahaan di daftar hitam AS tersebut.
Mengutip The Verge, Senin (28/3/2022), selain Kaspersky, Jumat pekan lalu, FCC juga memasukkan China Telecom dan China Mobile International USA ke daftar entitas berisiko mereka.
Ketua FCC, Jessica Rosenworcel, dalam siaran persnya juga telah menyatakan China Mobile dan China Telecom telah memenuhi ambang batas untuk masuk ke dalam daftarnya.
Rosenwrocel mengklaim, penambahan ini dan Kaspersky, akan membantu mengamankan jaringan AS dari ancaman timbul oleh entitas dukungan Tiongkok dan Rusia yang berusaha terlibat dalam spionase.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hanya Berdasarkan Politik
Terkait hal ini, Kaspersky melalui laman resminya pun telah mengeluarkan pernyataan yang menyebut bahwa keputusan ini mengecewakan dan dibuat atas dasar kepentingan politik.
"Kaspersky kecewa dengan keputusan Federal Communications Commission (FCC) untuk melarang penggunaan subsidi federal terkait telekomunikasi tertentu untuk membeli produk dan layanan Kaspersky," tulis perusahaan.
"Keputusan ini tidak didasarkan pada penilaian teknis apa pun atas produk Kaspersky – yang terus diadvokasi oleh perusahaan – tetapi dibuat atas dasar politik."
Kaspersky juga menambahkan, mereka tetap siap untuk bekerja sama dengan lembaga pemerintah AS untuk mengatasi masalah FCC, serta kekhawatiran badan regulasi lainnya.
Di 2017, intelijen Rusia diduga menggunakan software antivirus Kaspersky untuk mencuri dokumen rahasia dari Badan Keamanan Nasional AS, di mana klaim itu sudah dibantah oleh pihak perusahaan.
Belakangan di tahun itu, Mantan Presiden Donald Trump menandatangani aturan yang melarang penggunaan produk Kaspersky oleh agen federal setelah menuduh perusahaan tersebut terkait dengan Kremlin.
Advertisement
Dituding Jerman Bisa Dimanfaatkan Rusia
Sebelumnya, mengutip Tech Crunch, German Federal Office for Information Security, sempat memperingatkan organisasi agar tidak menggunakan antivirus Kaspersky dengan tudingan dapat dimanfaatkan untuk spionase siber.
Selain itu, badan tersebut juga menuding perangkat lunak itu berisiko digunakan untuk meluncurkan serangan siber dalam perang antara Rusia dan Ukraina.
Mereka memang tidak secara eksplisit melarang penggunaannya, namun mengimbau agar organisasi di Jerman mengganti produk dengan software alternatif dari perusahaan non-Rusia.
Badan tersebut juga memperingatkan bahwa kegiatan militer dan intelijen Rusia di Ukraina, bersama dengan ancamannya terhadap Eropa, NATO, dan Jerman, berarti ada "risiko besar dari serangan TI yang berhasil."
Computer Security Incident Response Team di Italia juga mendesak institusi untuk segera menilai risiko teknologi apa yang timbul dari perusahaan Rusia, meski tidak secara terang-terangan menyebut Kaspersky.
Terkait tudingan Jerman, Kaspersky pun meyakini pernyatan ini tidak didasari penilaian teknis produknya, melainkan atas dasar politik.
(Dio/Ysl)
Infografis Upaya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina
Advertisement