Liputan6.com, Jakarta - Masih dalam peringatan hari pendengaran sedunia yang jatuh di bulan Maret, ada baiknya kita mengetahui jenis – jenis gangguan pendengaran.
Tujuannya tak lain untuk menyadarkan sejak awal apabila ada gejala gangguan pendengaran pada kita, calon bayi, orangtua atau anak-anak kita.
Advertisement
1. Tuli Sejak Lahir (Tuli Kongenital)
Gangguan pendengaran saraf sejak lahir. Sering disebabkan oleh infeksi virus Rubella saat kehamilan. Tanda yang sering dialami pada anak adalah keterlambatan bicara. Penanganan penggunaan alat bantu dengar atau implant koklea.
“Tuli kongenital dapat dihindarkan dengan cara melakukan screening torch untuk para calon ibu sebelum hamil dan rutin kontrol kehamilan sesuai anjuran,” kata dokter dr. I Gede Endha Narendra, Sp.THT-KL pada Health Liputan6.com pekan lalu.
2. Sumbatan Serumen (Kotoran Telinga)
Gangguan pendengaran bersifat hantaran karena tersumbatnya liang telinga oleh kotoran. Penanganan dengan pembersihan kotoran.
“Tidak menggunakan cotton bud, cek rutin tht setiap 3-6 bulan,” saran dokter yang bertugas di RS Siloam Bali, RS Kasih Ibu Saba, Kenak Medika Ubud.
3. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK/Congek)
3. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK/Congek)
Tuli bersifat hantaran disebabkan karena berlubangnya gendang telinga oleh karena infeksi kronis pada telinga tengah. Tatalaksananya adalah dengan pencegahan infeksi berulang dan tindakan operasi untuk menutup gendang telinga yang rusak.
Dokter yang juga hobi badminton itu menyebut gangguan OMSK pada anak-anak harus mendapatkan terapi yang adekuat saat batuk pilek.
4. Presbikusis (Tuli Karena Usia Lanjut)
Gangguan pendengaran jenis saraf pada lansia karena proses degeneratif. Tatalaksananya adalah kontrol faktor risiko darah tinggi, kolesterol dan kencing manis serta penggunaan alat bantu dengar.
“Cara mengatasinya dengan cara tidak merokok, rajin olahraga, kontrol faktor resiko hipertensi, kolesterol dan kencing manis.”
5. Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB)
Atau Noise induced hearing loss adalah gangguan pendengaran pada saraf karena paparan bising dalam waktu lama, seperti penggunaan headset tidak sesuai kaidah, paparan terhadap mesin di tempat kerja atau suara bising lain.
Tatalaksana antara lain menggunakan alat bantu dengar.
“Hindari paparan bising, gunakan headset sesuai kaidah 60/60. Pada orang dengan paparan bising saran audiometri setiap tahun. Gunakan apd untuk bising,” pungkas dokter yang suka sosial dengan memberi layanan akses THT terpadu kepada masyarakat bersama Yayasan Peduli Kemanusiaan (YPK) Bali.
Advertisement