Binance Dapat Izin Operasi dari Bank Sentral Bahrain

Bahrain sedang membangun infrastruktur kelas dunia untuk mendukung industri blockchain dan kripto.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 28 Mar 2022, 16:29 WIB
Ilustrasi binance (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Bahrain telah memberikan lisensi kepada pertukaran kripto Binance yang memungkinkannya beroperasi di negara tersebut untuk menyediakan layanan termasuk perdagangan kripto, penyimpanan, dan layanan manajemen portofolio kepada pelanggan Bahrain.

Lisensi ini adalah yang pertama bagi Binance di kawasan Timur Tengah/Afrika Utara (MENA). 

"Lisensi dari Bahrain adalah tonggak sejarah dalam perjalanan kami untuk mendapatkan lisensi penuh dan diatur di seluruh dunia," kata pendiri dan CEO Binance, Changpeng Zhao, menulis dalam sebuah pengumuman pers, dikutip dari CoinDesk, Senin (28/3/2022). 

Binance diberikan persetujuan awal untuk lisensi sejak Desember, tetapi diharuskan untuk menyelesaikan proses aplikasi lengkap sebelum diberikan lisensi penuh.

Meskipun berhasil melakukan ekspansi ke kawasan Timur tengah, pada 2021, Binance cukup banyak mendapat kecaman dari regulator di sejumlah negara, termasuk Inggris dan Jepang.

Kerajaan Bahrain yang kaya minyak, bagaimanapun, tampaknya menganggap Binance dalam cahaya yang lebih positif dan melihat lisensi sebagai langkah ke arah yang benar untuk industri kripto yang baru lahir.

CEO Dewan Pengembangan Ekonomi Bahrain, Khalid Humaidan, menulis dalam sebuah keterangan, tim Bahrain telah membangun infrastruktur kelas dunia untuk mendukung industri blockchain dan kripto yang tumbuh cepat, dengan peraturan yang kuat.

Kolaborasi dengan para pemimpin industri seperti Binance akan semakin meningkatkan misi Bahrain untuk membangun Kerajaan Bahrain sebagai pusat bisnis terkemuka. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


CEO Binance Changpeng Zhao Tolak Beli Beli Klub Sepak Bola Chelsea

CEO Binance, Changpeng Zhao. Dok: Binance

Sebelumnya, Miliarder Rusia Roman Abramovich, pemilik klub sepak bola Liga Inggris, Chelsea, harus menjual klub bola tersebut. Hal itu muncul setelah invasi Rusia ke Ukraina memicu reaksi internasional terhadap pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sebagai perusahaan kripto terbesar, CEO Binance, Changpeng Zhao sempat ditawari untuk membeli Chelsea dan menjadi pemilik baru klub sepak bola itu. Namun, salah satu juru bicara Binance yang merupakan Kepala eksekutif Binance baru-baru ini membahas soal pembelian klub sepak bola tersebut. 

"Zhao telah berbicara dengan Raine Group, bank investasi AS yang mewakili Chelsea dalam penjualan tersebut, tetapi menolak untuk membelinya karena memiliki klub sepak bola bukanlah salah satu prioritasnya,” kata juru bicara tersebut dikutip dari Channel News Asia, Senin, 21 Maret 2022.

Binance, sebagai salah satu pertukaran kripto terbesar di dunia, memiliki beberapa ikatan dengan dunia sepak bola. Binance telah mensponsori turnamen Piala Afrika, dan juga mensponsori tim nasional Argentina dan tim Serie A Italia Lazio.

Abramovich mengharapkan klub London Barat itu mendapatkan lebih dari 3 miliar Pounds atau sekitar Rp 57 triliun, kata orang-orang yang mengetahui masalah itu. Abramovich membeli Chelsea pada 2003 dengan nilai 140 juta Pounds. 

Penjualan tersebut telah menarik minat dari berbagai pihak termasuk miliarder AS Todd Boehly, yang memiliki saham di klub bisbol LA Dodgers dan tim bola basket LA Lakers. 

Bintang seni bela diri, Conor McGregor juga secara terbuka menyatakan minatnya untuk membeli klub tersebut.

Sumber mengatakan mungkin diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk menyetujui penjualan dengan penawar yang berhasil. Abramovich mengatakan hasil penjualan akan digunakan untuk mendukung para korban perang di Ukraina.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya