Liputan6.com, Jakarta - Tadi pagi, Senin, 28 Maret 2022, saya menyampaikan presentasi tentang 'efikasi vaksin COVID-19' pada Health Working Group 1 Meeting - G20 Indonesia 2022 bersama pembicara lain dari WHO, OECD, dan ICAO.
Acara dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta, tapi saya presentasi dari Jakarta karena kemarin, Minggu, 27 Maret 2022, menikahkan putri saya, jadi tidak ikut ke DIY.
Advertisement
Ada tujuh hal yang saya sampaikan:
1. Sampai 22 Maret 2022 ini WHO sudah mengeluarkan izin Emergency Use of Listing (EUL) 10 vaksin COVID-19.
Sementara itu di dunia ada 151 kandidat vaksin yang sedang dalam penelitian klinik dan 195 kandidat vaksin yang dalam penelitian pra-klinik.
2. Sekarang sudah lebih 11 juta miliar dosis vaksin disuntikkan di dunia
3. Rata-rata cakupan vaksinasi dunia adalah 57,2 persen dari seluruh penduduk. Sementara di negara lower middle income country cakupannya adalah 48,5 persen, negara Afrika 14,9 persen, dan negara penduduk low income countries cakupannya hanya 11,8 persen.
Jadi, jelas ada ketidaksetaraan vaksinasi di dunia. Padahal 'no one in save until everyone is safe'.
Selanjutnya
4. Efikasi vaksin terhadap Omicron memang lebih rendah daripada terhadap Delta
5. Pemberian booster meningkatkan efektivitas proteksi vaksin terhadap Omicron.
Pada 32 penelitian di 13 negara terhada empat vaksin yaitu Pfizer, Moderna, AstraZenecca dan Jansen, maka:
6. Secara umum, memang efektivitas empat vaksin primer ini menurun sejalan dengan waktu, khususnya untuk mencegah infeksi dan penyakit.
Di sisi lain, walau efektivitas juga menurun sejalan waktu untuk mencegah sakit berat, tetapi masih dapat berfungsi setidaknya sekitar 50 persen.
7. Booster dengan empat vaksin ini dapat memproteksi masuk RS atau penyakit berat dapat sampai 80-90 persen.
Penulis:
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen P2P, dan Mantan Kabalitbangkes
Advertisement