Liputan6.com, Jakarta - Konflik Rusia-Ukraina masih terus berlangsung. Hal itu mendorong kenaikan harga energi, utamanya harga minyak yang menjadi sentimen penggerak pasar.
Baru-baru ini, terbakarnya kilang minyak Saudi Aramco semakin menambah kekhawatiran pasar akan pasokan minyak secara global di tengah konflik Rusia-Ukraina yang belum usai.
Secara garis besar, Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan emiten migas tanah air mendulang untung dari situasi ini, antara lain PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Elnusa Tbk (ELSA).
"Ini juga pengaruh merambat ke gas dan coal dan energy seperti PGAS, ADRO, PTBA, dan INDY,” ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (28/3/2022).
"Strategi buy hold, atau buy on weakness," imbuh Wahyu.
Baca Juga
Advertisement
Senior Investment Strategist OCBC Bank, Vasu Menon menjelaskan, ketika konflik Rusia - Ukraina meningkat, tanggapan dari sekutu Ukraina semakin meningkat.
Perkembangannya pada saat ini telah bergerak melampaui pemogokan pembelian terhadap minyak mentah Rusia akibat sanksi resmi yang dipublikasikan oleh AS dan Inggris terhadap ekspor energi Rusia. Sanksi serupa oleh negara Eropa mungkin tidak layak untuk saat ini, mengingat sanksi tersebut akan sangat mengganggu perekonomian Eropa.
AS telah melarang impor minyak dan gas Rusia, Inggris mengatakan akan menghapus impor minyaknya secara bertahap pada akhir tahun dan Uni Eropa mengumumkan rencana untuk mengurangi impor gasnya hingga dua pertiga dalam setahun tetapi tidak menghentikan larangan tersebut.
Penargetan eksplisit ekspor energi Rusia dan situasi yang memburuk di Ukraina berarti dunia akan menghadapi kejutan kenaikan harga minyak yang parah.
"Harga minyak akan diperdagangkan mendekati level rekor baru. Kami sekarang memperkirakan harga minyak mentah Brent akan diperdagangkan dalam kisaran tinggi USD 110-170 per barel selama beberapa bulan ke depan dan perkiraan 3 bulan kami adalah USD 140 per barel, jauh di atas level USD 80 yang terlihat pada awal tahun," ungkap Vasu Menon dalam OCBC NISP Monthly Outlook.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Minyak Sentuh USD 120 per Barel Usai Serangan Houthi ke Fasilitas Saudi Aramco
Sebelumnya, kelompok Houthi Yaman mengklaim telah menyerang fasilitas minyak yang dimiliki oleh Saudi Aramco dengan rudal. Serangan ini membuat harga minyak naik setelah di awal sesi sempat mengalami tekanan.
Kelompok Houthi yang didukung Iran telah mengklaim bahwa mereka berada di balik serangan yang membuat kebakaran hebat di kota Jeddah. Juru bicara militer Houthi menambahkan bahwa mereka juga telah menggunakan pesawat tak berawak untuk menyerang kilang di Ras Tanura dan Rabigh.
Mengutip CNBC, Sabtu, 26 Maret 2022, harga minyak mentah Brent naik 1,36 persen menjadi USD 120,65 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 1,39 persen dan mengakhiri perdagangan di USD 113,90 per barel.
Kedua patokan harga minyak tersebut sempat diperdagangkan di wilayah negatif di awal sesi tetapi kemudian langsung melambung.
Juru bicara Saudi Aramco belum bisa dimintai komentar ketika dihubungi oleh CNBC mengenai serangan ini.
Advertisement