Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun lebih dari 8 persen ke posisi terendah pada perdagangan Senin. Penurunan harga minyak ini terjadi karena kekhawatiran atas penguncian baru atau lockdown di China yang sangat berpotensi melemahkan permintaan.
Mengutip CNBC, Selasa (29/3/202), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate yang menjadi patokan minyak AS turun 8,25 persen menjadi USD 104,50 per barel. Sedangkan harga minyak patokan internasional yaitu Brent diperdagangkan turun 7,4 persen ke level USD 111,61 per barel.
"Kemerosotan harga hari ini pertama-tama dan terutama disebabkan oleh kekhawatiran tentang permintaan sekarang karena kota metropolitan Shanghai di China telah melakukan penguncian sebagian," kata Commerzbank dalam sebuah catatan kepada klien.
Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow mengatakan bahwa China adalah importir minyak terbesar di dunia, sehingga setiap penurunan permintaan akan membebani harga minyak. Negara ini menggunakan sekitar 15 juta barel per hari, dan mengimpor 10,3 juta barel per hari pada 2021.
“Besarnya aksi jual mencerminkan kekhawatiran bahwa penguncian Covid di China dapat menyebar. Ini sangat signifikan berdampak pada permintaan pada saat pasar minyak mencoba mencari alternatif untuk pasokan minyak Rusia,” kata Lipow.
Putaran lain pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia dijadwalkan untuk minggu ini, yang menurut Commerzbank juga berkontribusi terhadap penurunan harga minyak.
Pasar minyak mulai volatilitas sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari. Harga melonjak di atas USD 100 per barel pada hari invasi dan terus naik. WTI mencapai USD 130 per barel, naik ke level tertinggi sejak 2008. Sementara Brent hampir mencapai USD 140 per barel.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lindung Nilai Inflasi
The International Energy Agency atau Badan Energi Internasional memperingatkan bahwa tiga juta barel per hari produksi minyak Rusia tengah mencari pasar karena saat ini tengah mendapat sanksi. Tetapi analis mencatat bahwa minyak Rusia masih mencari pembeli untuk saat ini, terutama dari India.
Pelaku pasar melihat volatilitas baru-baru ini juga berasal dari pelaku pasar non-energi yang menggunakan minyak mentah sebagai lindung nilai inflasi.
Dalam beberapa minggu terakhir, minat terbuka telah menurun, membuat pasar rentan terhadap ayunan penurunan yang lebih besar.
"Kami masih memperkirakan bahwa minyak mentah Brent akan terus menguat karena pasar terus memperhitungkan kenaikan risiko pasokan energi di tengah gangguan pasokan yang sangat besar," tulis TD Securities dalam catatannya.
Advertisement