Liputan6.com, Jakarta Ramadhan tahun ini akan datang dalam hitungan hari. Dalam menyambut bulan suci, ahli epidemiologi Dicky Budiman memberikan beberapa pesan dan kiat aman agar terhindar dari virus, mengingat pandemi COVID-19 masih berlangsung.
Menurutnya, prinsip dasar untuk memitigasi atau mengurangi risiko penularan COVID-19 terutama di bulan Ramadhan—yang cenderung banyak mobilitas—berkaitan erat dengan status imunitas.
Advertisement
“Mitigasi risiko khususnya di bulan Ramadhan yang banyak pergerakan orang ya memang status imunitas menjadi sangat penting,” katanya kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara belum lama ini.
Status imunitas masyarakat salah satunya ditentukan oleh vaksinasi. Ia mengimbau masyarakat untuk mendapatkan suntikan dosis ketiga ketimbang menunda-nunda dan membiarkan vaksinasi berhenti di dosis kedua.
“Tentu dua dosis juga bisa asal dalam durasi protektif, durasi protektif itu misalnya masih di kurun 6-7 bulan sejak suntikan terakhir. Kalau sudah di-booster, itu lebih baik dan akan sangat mengurangi risiko penularan.”
Simak Video Berikut Ini
Dibarengi Aspek Lain
Selain memastikan status imunitas dengan vaksinasi lengkap ditambah booster, Dicky juga mengingatkan masyarakat untuk tetap memperhatikan aspek lain.
“Tentu ini (vaksinasi) juga harus dibarengi dengan apa yang selalu saya ingatkan. Deteksi dini, surveilans, 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menjauhi kerumunan) di komunitas menjadi sangat penting dilakukan.”
Di sisi lain, moda-moda transportasi untuk mudik atau mobilitas selama Ramadhan juga perlu dipastikan bahwa penerapan protokol kesehatannya kuat. Pengelola juga perlu memastikan bahwa kualitas udara dan sirkulasi di dalam moda transportasi diperbaiki atau diatur menjadi seaman mungkin.
“Nah ini harus diperhatikan, kombinasi AC dengan sedikit membuka jendela juga akan meningkatkan sirkulasi.”
Advertisement
Tetap Waspada
Dicky juga berpesan agar masyarakat tetap waspada dan hati-hati, mengingat situasi global belum sepenuhnya aman.
“Bagaimanapun kita harus melihat situasi global. Saat ini Indonesia dalam fase melandai, iya kita lihat, tapi test positivity rate kita masih di atas 5 persen ditambah kapasitas testing dan tracing kita kan menurun. Ini yang membuat kita harus hati-hati.”
“Ada modal imunitas dari hasil serologis? Iya, tapi kan itu kita tahu ada keterbatasan. Imunitas terhadap COVID-19 ini tidak tahan lebih dari satu tahun, itu masih jadi pertanyaan. Artinya kita tidak bisa abai dalam menerapkan mitigasi,” tutupnya.
Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi COVID-19
Advertisement