PPN Naik Jadi 11 Persen, Ini Dampaknya terhadap Emiten

Analis menanggapi dampak rencana kenaikan PPN menjadi 11 persen terhadap emiten.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 30 Mar 2022, 06:09 WIB
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen pada 1 April 2022. Analis menilai, rencana kenaikan PPN menjadi 11 persen itu berdampak kecil terhadap emiten.

“Untuk PPN dibebakan ke konsumen dan dengan kenaikan hanya 1 persen seharusnya dampak minimal ke penjualan apalagi saat ini ekonomi mulai membaik sehingga diharapkan daya beli masyarakat bisa menyerap kenaikan PPN itu,” tutur Analis PT Indo Premier Sekuritas Mino saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (29/3/2022).

Ia menuturkan, emiten akan menaikkan harga jual seiring kenaikan PPN. Namun, kenaikan hanya satu persen seharusnya tidak berdampak pada penjualan.

Sementara itu, pengamat pasar modal Wahyu Laksono menuturkan, kenaikan PPN hanya berdampak sementara dan kecil terhadap emiten. Apalagi ada momen Ramadhan diharapkan tingkat konsumsi meningkat.

"Karena ini pengaruh ke produksi dan konsumsi, utamanya konsumsi, ritel, dan consumer goods. Sementara ini belum terdampak langsung karena belakangan justru saham konsumer malah naik misalkan Unilever Indonesia jelang Ramadhan, mudik serta Lebaran,” ujar dia.

Ia menilai, pemerintah tidak ada pilihan lain. "Tahun ini adalah waktu buat mereka bikin unpopular policy sebelum pemilu,” kata Wahyu.

Ia menambahkan, permintaan masih tinggi terutama menyambut Ramadhan. Saat itu juga biasanya terjadi kenaikan harga. "Seberapa kuat efeknya PPN tadi, setelah Lebaran kita akan lihat,” ujar dia.

Untuk pilihan saham di tengah sentimen PPN, Mino menilai emiten yang punya prospek cerah saat ada kenaikan PPN dapat jadi pilihan.

"Tentunya untuk emiten-emiten yang prospek ke depannya masih cerah di tengah kenaikan PPN ini tetap direkomendasikan untuk beli seiring proses pemulihan ekonomi,” kata Mino.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dampak terhadap IHSG

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di tengah sentimen kenaikan PPN jadi 11 persen pada awal April 2022, Wahyu masih optimistis melihat laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke depan. Hal ini seiring ada momen Ramadhan dan Lebaran yang berpotensi angkat kinerja emiten. Adapun secara year to date, IHSG sudah menguat 6,54 persen ke posisi 7.011 pada Selasa, 29 Maret 2022.

"Emiten pun masih potensial jelang Lebaran. Konsumsi, transportasi, otomotif serta telekomunikasi jelas demand-nya menguat. Ini Lebaran pertama yang tanpa pembatasan. Asumsi no PPKM,” ujar dia.

Selain itu,Wahyu mengatakan, ketahanan ekonomi Indonesia juga kuat di tengah pandemi COVID-19 yang terkendali. Ia mencontohkan, hal tersebut ditunjukkan dari ekspor Februari 2022 mencapai USD 20,46 miliar. Ekspor itu naik 6,73 persen month to month (mtm). Oleh karena itu, hal tersebut jadi katalis positif untuk IHSG.

"Sekadar mengingatkan, pada Januari 2022, nilai ekspor Indonesia sebesar USD 19,16 miliar,” kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya